Harga Emas pada sesi perdagangan hari Jumat (31/3) bergerak mendatar setelah anjlok pada hari kamis kemarin pasca apiknya data Final GDP AS kuartal IV. Meski terlihat turun, tetapi Emas masih berada di level tinggi terhadap Dollar AS. Emas telah mencatatkan kenaikan harga sebesar 7.8 persen sepanjang kuartal pertama 2017, seiring dengan merebaknya ketidakpastian agenda domestik Trump serta menjelang pemilu Prancis bulan April dan Mei mendatang.
Perlu diketahui bahwa level tertinggi Emas sepanjang kuartal pertama 2017 berada pada harga 1263 yang sempat tersentuh tanggal 27 Februari lalu. Sementara itu, level tertinggi mingguan untuk pekan ini berada di harga 1260. Pada hari Kamis kemarin, Emas anjlok 0.7 persen yang merupakan penurunan harian terbesar selama tiga pekan terakhir dan emas juga gagal break MA 200 untuk trend turun pada TF Daily.
"Trend jangka pendek, faktor penguatan Dollar AS akan menekan harga emas untuk turun hingga kisaran 1230 per troy ounce", ucap Yuichi Ikemizu, kepala analis komoditas Standard Bank di Tokyo pada siang hari waktu setempat.
Meski tertekan, Emas setidaknya masih disokong oleh ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump yang hingga kini belum dapat merealisasikan agenda-nya sehingga meningkatkan minat Investor untuk beralih pada aset safe haven. Pelaku pasar kian sangsi terhadap kemampuan Trump dalam pemerintahan. Hal itu memberikan potensi bagi emas untuk tetap berada di atas level psikologis 1200 dalam jangka menengah.
"Kegagalan Trump dalam membuat progress positif terhadap agenda domestik AS akan menurunkan prospek kenaikan suku bunga The Fed bulan Juni. Dan itu akan mendorong emas untuk menyentuh level 1300 kembali”, ucap Tom Kendall, analis ICBC Standard Bank dalam sebuah pernyataan tertulis.
Pada pukul 20:29 WIB malam ini, Emas diperdagangkan pada harga 1242.35 Dollar per troy ounce, bergerak relatif mendatar sejak sesi Asia. Sedangkan Emas Futures turun 0.4 persen menjadi 1240.6 per troy ounce.
