Bank sentral Jepang dan Bank Sentral Australia pada Jumat (18/09) hari ini menyatakan komentar mereka tentang perekonomian global sehingga menggenjot performa Aussie dan Yen. Dini hari tadi Federal Reserve AS telah memutuskan kebijakan moneter mereka untuk tidak menaikkan suku bunganya bulan ini.
Ada satu hal yang sama-sama menjadi sorotan kedua bank negara tersebut, yaitu permasalahan ekonomi yang terjadi di China. Seperti yang sudah diketahui, Jepang dan Australia adalah negara yang menjadikan China sebagai negara tujuan ekspor mereka yang utama.
Notulen BOJ
Sejumlah anggota dewan Bank Sentral Jepang (BOJ) menyatakan bahwa kenaikan yang terjadi di anggaran pemerintah merupakan variabel kunci dalam perkiraan kenaikan harga, demikian yang tercatat dalam notulen rapat BOJ pada bulan Agustus yang dirilis pagi ini.
Notulen tersebut juga mencatat bahwa sejumlah kategori pekerjaan tertentu menuntut kenaikan upah, tapi perlambatan ekonomi di China yang membebani ekspor dan menyeret turun prospek perekonomian membuat tuntutan tersebut terhambat untuk dipenuhi.
Selain itu, bank sentral Jepang juga menyoroti lemahnya harga minyak yang menjadi penghambat pencapaian target inflasi. Dalam review terbarunya, BOJ memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan moneternya dan tetap melakukan pembelian program pembelian sejumlah 80 triliun Yen tiap tahun. Merespon laporan tersebut, USD/JPY melemah 0.19 persen persen ke angka 119.17.
Komentar Stevens RBA
Di sisi lain, kebijakan moneter yang diterapkan Bank Sentral Australia (RBA) telah mendukung pertumbuhan ekonomi dan melemahkan Dolar Australia, demikian yang dituturkan oleh Gubernur RBA, Glenn Stevens di hari ini.
Menurut Setevens, kebijakan moneter tampaknya cukup mendukung transisi yang terjadi saat ini, tetapi bisa juga dikarenakan oleh rendahnya inflasi. Rendahnya tingkat suku bunga yang berkombinasi dengan pemberian pinjaman oleh institusi-institusi finansial, menurut Stevens, telah memainkan peran yang penting dalam pengembangan kondisi di sektor-sektor tertentu.
Stevens melontarkan komentar tersebut di hadapan Komite Ekonomi Parlemen Australia. Gubernur RBA tersebut menambahkan bahwa perekonomian China masih menyisakan tanda tanya besar mengingat pertumbuhan ekonominya yang lamban dan berimbas pada perekonomian global. Merespon laporan tersebut, AUD/USD menguat ke 0.14 persen ke angka 0.7185.