Seputarforex.com - Jepang mencetak defisit yang lebih besar daripada ekspektasi pada bulan Januari lalu. Impor Jepang meningkat untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir karena kenaikan harga minyak dunia.
Menurut data yang dirilis oleh Pemerintah Jepang Senin (20/Feb) pagi ini, ekspor Jepang untuk bulan Januari hanya naik 1.3 persen dari periode yang sama satu tahun lalu. Data tersebut lebih kecil daripada estimasi para analis yakni kenaikan sebanyak 4.7 persen dan juga lebih lambat dibanding laju YoY yang naik 5.4 persen di bulan Desember.
Sebaliknya, impor Jepang justru membengkak hingga 8.5 persen pada bulan Januari. Angka yang jauh lebih besar daripada ekspektasi 4.7 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan harga minyak untuk pertama kalinya sejak Desember 2014 menyusul kesepakatan negara-negara OPEC untuk memangkas produksinya.
Rentannya Ekspor Ke AS
Pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di AS menunjukkan bahwa penurunan ekspor, utamanya dari Jepang ke AS, hanya akan bersifat sementara. Namun, Presiden AS Donald Trump, yang kembali mengulang pernyataan tentang penarikan AS dari perdagangan bebas membuat kekhawatiran akan imbas proteksionisme kembali muncul.
Ekspor Jepang ke AS jeblok hingga 6.6 persen pada bulan Januari menjadi 1.054 triliun yen menurut data. Sedangkan ekspor ke China, negara tujuan utama ekspor Jepang, naik hanya 3.1 persen YoY pada bulan Januari, lebih lambat dari kenaikan tahunan 12.4 persen.
"Tren ekspor masih kuat, karena permintaan global juga menguat," kata Hiroshi Miyazaki, ekonom senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. "Jika perusahaan otomotif Jepang meneruskan pemasarannya di AS, maka akan ada komplain dari sisi AS. Inilah risikonya, karena bagaimanapun juga, Jepang tetap membutuhkan ekspor untuk pertumbuhan."
Menyusul laporan ini, Yen melemah terhadap Dolar AS dengan USD/JPY diperdagangkan di angka 113.08. Menurut analisa DailyFX, notulen rapat FOMC pekan ini akan menjadi event yang paling berpengaruh bagi USD/JPY.