Tingkat inflasi konsumen (CPI) Australia tercatat menguat dan mendongkrak Dolar Australia terhadap Dolar AS di hari Rabu (27/01) pagi ini setelah mengalami penurunan dalam sesi-sesi perdagangan sebelumnya. AUD/USD diperdagangkan naik 0.50 persen ke kisaran 0.7039 setelah terduduk lesu di angka 0.6993 sebelum dirilisnya angka CPI Australia tersebut. Sedangkan AUD/NZD meningkat 0.48 persen ke posisi 1.0829 dari leve rendah harian 1.0750.
Dipimpin Harga Tembakau
Biro Statistik Australia menunjukkan, Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0.4 persen pada kuartal ke-empat tahun 2015, menyusul kenaikan 0.5 persen pada kuartal ketiga. Adapun tembakau, menjadi kontributor CPI yang terbesar kuartal empat dengan jumlah kenaikan mencapai 7.4 persen, disusul kemudian sektor pariwisata dan akomodasi dengan kenaikan 5.9 persen sehubungan dengan liburan nasional di Australia.
Peningkatan tersebut harus dinodai oleh menurunnya harga BBM hingga 5.7 persen, penurunan alat dan jasa telekomunikasi sebanyak 2.4 persen, dan penuruann harga buah-buahan hingga 2.6 persen.
Selain itu, lemahnya kenaikan sektor perumahan yang hanya mencapai 0.1 persen sekaligus menjadi yang terlemah sejak bulan Maret 1998. Dalam basis tahunan, CPI Australia bulan Desember naik 1.7 persen dibandingkan dengan bulan Desember tahun sebelumnya, lebih tinggi daripada kenaikan 1.5 persen pada kuartal bulan September YoY.
Data mengenai CPI ini termasuk sebagai data yang paling diawasi oleh Bank Sentral Australia (RBA), dengan ekspektasi, jika hasilnya lemah, maka ada kemungkinan bank sentral itu akan menurunkan suku bunganya lagi.
Di samping itu, perlambatan ekonomi secara dramatis di awal tahun 2016 ini menyebabkan mata uang-mata uang berisiko seperti Dolar Australia terpukul cukup keras. Para investor menyingkirkan mata uang-mata uang bermintat risiko karena perlambatan China, gejolak pasar saham, dan harga inyak yang terus tertekan sehingga membuat mereka beralih pada aset-aset yang lebih aman.