Tingkat inflasi Jepang pada Jumat (26/02) hari ini dilaporkan jatuh lagi ke nol pada bulan Januari. Laporan dari Biro Statistik Jepang menyebutkan bahwa CPI inti Jepang anjlok 0.7 persen pada bulan Januari dan flat dibandingkan dengan bulan yang sama satu tahun yang lalu. Pada Desember 2015, CPI Jepang tercatat naik 0.1 persen YoY.
Kondisi ini menunjukkan bahwa BoJ mungkin akan melakukan penilaian kembali atas kebijakan moneter longgar yang telah diterapkannya selama beberapa tahun terakhir, khususnya kebijakan suku bunga negatif bulan lalu.
Indeks CPI Jepang, yang tidak termasuk harga buah-buahan segar dan energi, meningkat 0.7 persen dalam periode yang sama, sedikit tergelincir darikisaran 0.8 persen pada bulan Desember. Sementara itu, CPI Tokyo untuk bulan Februari YoY stabil di angka 0.1 persen, lebih lemah daripada prediksi pasar. Padahal, BoJ masih belum mengubah persentase target kenaikan inflasi ke 2 persen.
BoJ Berjuang Keras
Jepang turut terseret dalam kondisi inflasi lemah seperti negara-negara lainnya akibat lemahnnya harga minyak sejak pertengahan tahun 2014. Lemahnya aktivitas perekonomian di negara tersebut turut memberikan tekanan turun pada kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir. Terlebih lagi, GDP Jepang untuk bulan Desember dilaporkan terkontraksi hingga 0.4 persen.
BoJ telah berusaha keras untuk mengimbangi rendahnya inflasi di negara mereka termausk dengan menerapkan kebijakan suku bunga negatif yang menuai kontroversi di kalangan dewan BoJ sendiri. Salah satu yang kontra pada kebijakan tersebut adalah Takahide Kiuchi, "Kerugian yang ditimbulkan oleh suku bunga negatif yakni, dapat mereduksi stabilitas sistem finansial dan makin membahayakan pendapatan institusi finansial," tuturnya dalam pidatonya kemarin.
Penguatan Yen secara signifikan terhadap Dolar AS juga turut berkontibusi pada kelemahan inflasi dan makin menyulitkan kebijakan moneter longgar BoJ. USD/JPY tak juga beranjak menjauhi level rendahnya pasca laporan ini dirilis, dengan diperdagangkan di angka 112.836.