Laporan ketenagakerjaan Australia untuk bulan Oktober yang dirilis di hari Kamis (12/11) pagi ini mematahkan ekspektasi. Bulan lalu, jumlah pekerja melonjak hingga 58,600, jauh di atas median perkiraan para ekonom yang memperkirakan kenaikan hanya akan meningkat 15,000. Peningkatan ini merupakan yang terbesar sejak bulan Maret 2012.
Jumlah tenaga kerja purna waktu (fulltime) melejit hingga 40,000 mengungguli kenaikan tenaga kerja paruh waktu (part time) yang juga naik hingga 18,600 saja. Biro Statistik Australia (ABS) mencatat bahwa kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja purna waktu laki-laki yang mencapai 33,500 menyusul kemudian tenaga kerja paruh waktu perempuan sebanyak 24,000.
Dampak dari menjulangnya angka tenaga kerja tersbeut, jumlah total pekerja di Australia melambung hingga 11,838,200, rekor tertinggi yang pernah dicapai oleh Negeri Kangguru ini. Dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah tenaga kerja melonjak hingga 315,000 atau sekitar 2.73 persen. Angka tersebut menandai kenaikan persentase tahunan yang terpesat sejak bulan November 2010.
AUD/USD Meroket
Dolar Australia pun meroket hingga 1.5 persen di sesi Asia pagi ini, dibeli di harga 0.7154 per Dolar AS, dari sebelumnya di posisi 0.7066 sebelum data tersebut dirilis. Dengan demikian, peluang bagi RBA untuk memotong kembali suku bunganya pun memudar seiring dengan menguatnya Dolar Australia.
"Reaksi Aussie memang cukup masuk akal, kita melihat lonjakan yang sangat tajam, dilatarbelakangi oleh meningkatnya imbal hasil obligasi bersama dengan kemungkinan pemotongan suku bunga RBA yang menyusut drastis." tutur senior Westpac, Sean Callow, yang dikutip oleh Sydney Morning Herald. Menurut Callow, persentase kemungkinan pemotongan suku bunga kembali oleh RBA pada Februari 2016 mendatang telah berkurang menjadi 26 persen saja, sementara persentase kemungkingan pemotongan suku bunga sewaktu-waktu di tahun 2016, turut menurun dari 100 persen menjadi 66 persen.