Euro berkubang tepat di atas level rendah baru dalam 12 tahun terakhir pada Kamis (12/03) pagi ini setelah menghadapi kejatuhan bertubi-tubi pekan ini sehubungan dengan dimulainya program pembelian obligasi Zona Euro sebanyak EUR1 Triliun.
Sejauh ini, program tersebut telah sukses menurunkan sejumlah obligasi Zona Euro ke teritori negatif dan surat-surat utang lainnya ke level rendah. Obligasi 30-tahunan Jerman saat ini bahkan menawarkan yield yang lebih sedikit dibandingkan obligasi 2-tahunan pemerintah AS.
Tak mengejutkan, para investor pun melepaskan mata uang berjuluk common currency ini. EUR/USD sudah tenggelam, mendekati level paritas dengan Dolar AS di posisi $1.0501, nyaris menyamai posisi yang tercapai pada bulan Maret 2003. Sebelumnya Euro berada pada posisi $1.0554.
Terhadap Sterling, mata uang 19 negara ini jatuh ke level terendah dalam tujuh tahun dengan EUR/GBP di posisi 0.7011. EUR/JPY merosot kelevel terendah dua tahun di kisaran 127.64 yen dan EUR/NZD sentuh rekor leel rendah di 1.4434.
Perkembangan masalah utang yang membelit Yunani masih menjadi pusat perhatian, meskipun Athena tampak masih belum menemukan jalan tengah dengan artner-partner mereka di Zona Euro dalam renegosiasi bailout sebesar 240 miliar Euro.
Pidato Draghi
Sore hari kemarin Presiden ECB, Mario Draghi, menyampaikan pidato kebijakan makroprudensial. Di situ, Draghi mengatakan bahwa stabilitas finansial Zona Euro berpotensi menghadapi risiko akibat kebijakan moneter yang baru diaplikasikan kali ini, yaitu pelonggaran kuantitatif atau QE. Seperti yang sudah terjadi sekarang, yield-yield obligasi Zona Euro merosot drastis.
"Program pelonggaran ECB mengurangi return pada aset-aset yang lebih aman," tutur Draghi. "Hal ini akan memacu invetsor untuk beralih ke aset berisiko, dan aset-aset yang ber-yield lebih tinggi. Dana-dana pensiun, bank-bank, dan partisipan pasar lainnya yang menjadi tempat pembelian sekuritas diperkirakan akan berganti ke aset-aset jangka panjang. Dampak yang umumnya ditimbulkan adalah kenaikan harga yang lebih luas."