Dalam notulensi Federal Open Market Committee (FOMC), para petinggi bank sentral AS tersebut mulai meragukan apakah mereka akan menaikkan suku bunga di bulan Juni atau tidak, mengingat data-data AS yang mengecewakan baru-baru ini. Penurunan harga energi dapat terus menekan inflasi sehingga secara tak langsung, berpotensi menunda kenaikan suku bunga hingga akhir tahun.
Akan tetapi, sejumlah pejabat The Fed lainnya mengatakan bahwa kebijakan ekonomi yang lebih ketat mungkin tidak akan siap tahun ini. Menurut mereka, kenaikan suku bunga harus ditunda hingga tahun 2016. Secara umum dapat dikatakan suara pejabat The Fed terbelah meski tak menutup kemungkinan kebijakan normalisasi ekonomi akan dilaksanakan pada Juni nanti.
Dalam pernyataan setelah rapat FOMC pada Maret lalu, The Fed tampaknya sudah cukup yakin bahwa inflasi akan menuju 2%, dan akan ada perbaikan pada pasar tenaga kerja, sehingga kenaikan suku bunga dapat dimungkinkan tapi akan dinaikkan secara bertahap. Dolar AS diperkirakan akan mempertahankan penguatannya terhadap mata uang-mata uang mayor dikarenakan sentimen pasar tentang isu kenaikan suku bunga yang masih belum mereda. Perbedaan kebijakan Bank Sentral Amerika (Federal Reserve) dengan bank sentral di negara-negara mayor lainnya, masih akan memberikan penguatan terhadap Dolar AS dan mengabaikan data non farm payroll yang mengecewakan.
Seperti yang telah diketahui, Nonfarm payrolls hanya naik 126,000 pada bulan Maret 2015, angka paling sedikit dalam lebih dari setahun, ditengah tanda-tanda bahwa perekonomian mulai terpengaruh negatif oleh penguatan Dolar AS. Data tersebut jauh dibawah ekspektasi ekonom yang sebelumnya memperkirakan NFP pada 245,000. Sementara itu, tingkat pengangguran tetap pada level 5.5%.