Aktivitas manufaktur Tiongkok anjlok ke level rendah satu bulan pada bulan April ini, demikian hasil survei yang dilaporkan pada Kamis (23/04) hari ini. Indeks PMI Tiongkok HSBC hanya mencapai angka 49.2, lebih rendah sedikit dibandingkan dengan perkiraan Reuters yang akan mencapai 49.6. Angka bulan ini lebih rendah dari 49.6 pada bulan Maret. Namun secara keseluruhan, angka di bawah 50 mengindikasikan kontraksi.
Pasar ekuitas Tiongkok kembali pun bereaksi dengan menunjukkan sedikit kemunduran. Indeks saham gabungan Shanghai jeblok ke zona merah sedalam 0.3 persen, sedangkan indesk Hang Seng memangkas perolehannya menjadi 0.6 persen dari 0.8 persen.
Pada akhir pekan lalu, Bank Sentral China (PBOC) memotong kembali tingkat RRR bagi bank-bank besar. Pemotongan sebanyak 100 basis poin hingga 18.5 persen ini merupakan yang terbesar sejak tahun 2008, saat dunia tengah dilanda krisis finansial global. Tindakan ini merupakan kebijakan pelonggaran agresif terbaru yang dilakukan oleh PBOC demi menangani lambannya pertumbuhan negara ekonomi terbesar kedua dunia ini. China hanya mengalami pertumbuhan sebanyak 7 persen pada kuartal pertama dalam basis tahunan, sedangkan pertumbuhan yang terungkap pada tahun lalu menunjukkan laju yang terlamban dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.
Pasar Properti Tiongkok
Di samping itu, hari ini Reuters juga melaporkan bahwa pasar properti di China masih dihantui penurunan penjualan rumah. Para investro dan agen pemeringkat kredit menghadapi tugas yang cukup berat untuk mengkalkulasi seberapa banyak utang yang dimiliki oleh pengembang properti China saat ini. Naiknya hara tanah menjadi pemicu para pengembang untuk meningkatkan kerja sama dalam proyek-proyek konstruksi selama dua tahun terakhir melalui upaya usaha patungan (joint venture), yakni 6 perusahaan bekerja sama menngembangkan satu proyek.
