Dolar Australia tampak masih beredar di level tinggi 9 bulan pada hari Kamis (31/03) siang ini meski sedikit tergelincir dari posisi kemarin. AUD/USD menduduki angka 0.7658, setelah mencuat 77 sen dari posisinya Rabu kemarin untuk pertama kalinya sejak Juni. Pair mata uang itu telah melompat 7.1 persen selama bulan Maret ini dan apabila berlanjut, maka level tinggi ini akan menjadi kenaikan yang terbesar sejak akhir tahun 2011.
Akan tetapi, kenaikan 8 persen yang sudah dihimpun oleh Aussie sejak pertengahan Januari tahun ini, dapat menjadi ujian kesabaran bagi Bank Sentral Australia (RBA). Pasalnya RBA telah jelas menyatakan kebutuhan akan Dolar Australia yang lemah demi mendongkrak harga komoditas.
Pagi tadi, Australia melaporkan data Penjualan rumah baru yang tergelincir pada bulan Februari. HIA mencatat, penjualan rumah baru di Australia jatuh 5.3 persen pada bulan Februari, dari kenaikan 3.1 persen pada bulan Januari.
RBA: Memotong Lagi Atau Tidak?
Terlepas dari laporan tersebut, RBA akan kembali menggelar rapat kebijakan pada tanggal 5 April mendatang, sementara itu, para analis memberikan perkiraan yang beragam. Sebagian meramalkan RBA akan kembali meningkatkan pelonggaran, namun tak sedikit pula yang memproyeksi RBA akan bertahan pada komitmennya.
"Meningkatnya AUD akan menjadi alasan untuk memupus keengganan RBA dalam memotong suku bunga." ungkap analis dari Citi yang dikutip oleh Business Times. Analis tersebut menambahkan bahwa bank sepertinya sepertinya memang harus memberikan tanggapan karena inflasi dan aktivitas ekonomi Australia yang lemah.
Analisis tersebut bertolak belakang dengan Commonwealh Bank of Australia yang kemarin menyatakan jika penguatan Dolar Australia tidak akan menjadi alasan RBA untuk menurunkan suku bunga 2.0 persennya saat ini.
Tingginya Dolar Australia, menurutnya, memang dapat melukai sektor ekspor, namun pada tahun 2013-2014 masih ada lonjakan dalam angka perusahaan ekspor Australia meski saat itu Dolar Australia mencapai 0.92 per Dolar AS. Sehingga, bisa dikatakan bahwa penguatan Dolar Australia bukan hambatan besar yang terlalu ditakutkan oleh para pembuat kebijakan.
"RBA (saja) terkejut akan laju pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2015. Dan mereka makin menjauh dari proyeksi (pemotongan suku bunga) setelah data menunjukkan ada penurunan dalam tingkat pengangguran," ungkap Blythe, analis dari Commonwealth Bank of Australia tersebut.