Bank Sentral Jepang (BOJ) memutuskan untuk tak mengubah kebijakan moneternya pada Rabu (08/04) hari ini karena Gubernur Haruhiko Kuroda masih berusaha untuk meredam penurunan tingkat harga konsumen (CPI) dalam kurun waktu dua tahun setelah ia memulai program penggelontoran stimulus di negara ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Bank sentral ini juga tetap menjalankan rencana mereka untuk melancarkan basis moneter dalam laju tahunan sebanyak 80 triliun Yen, sesuai dengan apa yang telah diekspektasikan oleh para ekonom.
Harapan Kuroda untuk memacu agar inflasi dapat mencapai target 2 persen, tengah mendapat ujian. Pengukuran utama angka inflasi yang dirancang oleh BOJ tenggelam hingga ke angka nol dikarenakan oleh melemahnya harga minyak dan lemahnya pemulihan ekonomi Jepang dari resesi. Meski demikian, para pembuat kebijakan tetap percaya diri bahwa siklus kenaikan profit, upah, harga akan berjalan dengan baik dan mengangkakt inflasi. Sementara itu, sebagian ekonom memperkirakan bahwa Jepang akan kembali memberikan dorongan stimulus Oktober mendatang.
1 Suara Kontra
Yen mengalami kenaikan sebanyak 0.1 persen ke 120.11 per Dolar pada pukul 1:10 siang di Tokyo, menyusut sekitar 9 persen sejak Kuroda menambah pelonggaran moneter pada Oktober lalu. Keputusan 9 anggota Dewan BOJ pada hari ini tadi diwarnai oleh satu suara berbeda yang dilayangkan oleh Takahide Kiuchi, yang memang sering tak sepaham dengan Gubernur Kuroda sejak Mei 2013.
Kiuchi meminta agar laju ekspansi pelonggaran moneter dikurangi hingga menjadi 45 triliun Yen saja per tahun. Sayangnya, 8 anggota lainnya tak setuju dengan Kiuchi, termasuk Yutaka Harada, anggota pejabat BOJ baru yang pertama kali berpartisipasi memberikan suaranya dalam rapat kebijakan. Harada menyatakan bahwa secara umum, visi dan misinya sejalan dengan tujuan Haruhiko Kuroda.
Meskipun yakin, Gubernur Kuroda tetap memperingatkan bahwa CPI Jepang bisa menurun kembali seiring dengan menurunnya harga minyak dunia hingga 50 persen. Segala penurunan temporer yang terjadi akan membuka jalan bagi starteg-strategi lain untuk mencapai kenaikan inflasi pada semester kedua tahun fiskal Jepang, yang dirancang berlaku hingga Maret 2016.
