Laporan Commitment of Traders (COT) dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) Amerika Serikat serta kalkulasi Reuters tentang posisi agregat Dolar AS menunjukkan bahwa para pemain pasar mengurangi posisi long-nya pada greenback hingga posisi long netto anjlok ke terendah dalam dua setengah bulan terakhir.
Nilai total posisi long Dolar AS turun ke $25.29 milyar dalam pekan yang berakhir tanggal 12 Januari, dari $28.78 milyar di pekan sebelumnya. Dengan ini berarti sudah tiga minggu berturut-turut investor mengurangi posisi long netto pada Greenback.
Ditengarai daya tarik Dolar telah menyusut akibat gejolak di pasar finansial yang disebabkan oleh kolaps-nya harga minyak dan tenggelamnya pasar saham China. Persepsi yang berkembang menyebutkan bahwa faktor-faktor eksternal ini bisa menghambat langkah Federal Reserve dalam mengetatkan kebijakan moneternya secara bertahap.
Tabel Posisi Forex Berdasarkan Data Mingguan COT CFTC Per 12 Januari 2016. Sumber: CFTC, Reuters, Babypips.
Yen Menjulang Ditunjang Keresahan
Laporan ekonomi AS pada hari Jumat lalu yang cenderung lemah mendukung pandangan tersebut. Fed fund futures kini hanya memperhitungkan akan terjadi satu kali kenaikan Fed rate dalam tahun ini, jauh lebih rendah dari ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan tiga kali kenaikan maupun harapan pejabat Fed pada dot plot FOMC Desember yang menginginkan empat kali. Analis yang diwawancarai Reuters mengatakan bahwa data-data AS cukup mengkhawatirkan, dan karenanya Dolar "mendekati puncaknya" terhadap Euro dan Yen.
Dua pekan pertama tahun 2016 ini yang diwarnai dengan gejolak di pasar China dan komoditas minyak juga mendorong penguatan Yen Jepang, aset safe haven tradisional yang biasa dicari investor di tengah tekanan dan ketidakpastian. Dalam laporan COT CFTC yang sama, posisi long Yen mencapai jumlah terbesar sejak Oktober 2012.
Sementara itu, para pemain pasar juga mengurangi posisi short netto-nya pada Euro hingga mencapai yang terendah sejak November. Secara umum, pasar masih bearish terhadap Euro, tetapi kontrak yang men-shorting Euro turun ke 146,451 dibanding 160,643 di periode sebelumnya. Sebagaimana Yen, mata uang Euro yang berbunga rendah cenderung menguat di tengah keresahan, karena mata uang-mata uang tersebut banyak digunakan untuk mendanai investasi dalam aset-aset berisiko tinggi. Jadi, nilainya pun rutin menguat saat investor menarik dananya dari aset-aset berisiko tinggi tersebut.