Seputarforex - Pada hari Rabu (17/Juni), Biro Statistik Jepang mempublikasikan data ekspor yang turun sebesar 28.3 persen secara tahunan di bulan Mei, lebih buruk ketimbang forecast penurunan 26.1 persen. Hasil ini juga lebih buruk daripada penurunan 21.9 persen di periode sebelumnya, dan menandai rekor penurunan terburuk sejak 2009 lalu, saat Jepang dihantam dampak krisis finansial global.
Trend ekspor Jepang terus mengalami kemerosotan dalam beberapa bulan terakhir disebabkan oleh turunnya permintaan global, terutama dari Amerika Serikat. Tercatat, ekspor otomotif menuju AS turun hingga 70 persen sepanjang bulan lalu, meskipun aktivitas ekonomi AS telah dibuka kembali pasca lockdown.
Sementara itu, pengiriman barang ke China (mitra dagang terbesar) turun 1.9 persen secara tahunan pada bulan lalu, sedikit lebih baik ketimbang penurunan yang mencapai lebih dari 4 persen pada bulan April. Ekspor ke negara Asia lainnya yang berkontribusi lebih dari 50 persen dari total ekspor Jepang tercatat turun 12 persen, dan pengiriman ke Eropa merosot hingga 33.8 persen.
Penurunan tajam tidak hanya terjadi pada sektor ekspor, melainkan juga pada angka impor. Pengiriman barang ke Jepang dilaporkan merosot 26.2 persen, jauh lebih tajam dari penurunan periode sebelumnya di 7.1 persen saja. Lemahnya permintaan domestik disinyalir menjadi faktor utama yang merontokkan trend impor. Kondisi ini terkonfirmasi oleh semakin banyaknya perusahaan Jepang yang terancam kolaps sebagai imbas lemahnya permintaan barang dari konsumen.
Menanggapi kondisi pelemahan ini, Bank of Japan (BoJ) telah mengumumkan rencana pemberian stimulus 1 triliun Yen kepada perusahaan-perusahaan yang terdampak pandemi.
USD/JPY Terkonsolidasi
Rilis data ekonomi Jepang pada pagi ini tidak berdampak tinggi terhadap pergerakan mata uang Yen versus Dolar AS. Pair USD/JPY saat ini berada di kisaran 107.22, melemah 0.08 persen dari harga Open harian. Secara umum, Yen masih berada di zona konsolidasi yang sudah terbentuk sejak dua sesi sebelumnya.