Sebuah laporan resmi mengenai tenaga kerja AS berdasarkan data dari Automatic Data Processing Inc yang dirilis pada hari Rabu (6/1) menunjukan telah terjadi peningkatan pertumbuhan angkatan kerja secara signifikan pada bulan Desember 2015 lalu. Positifnya data tenaga kerja ADP tersebut tentu memberikan sinyal bahwa perekonomian negeri paman sam kian solid.
Banyak perusahan AS menambah tenaga kerja selama bulan Desember lalu sebagai imbas dari semakin baiknya kondisi ekonomi makro, terlebih setelah Federal Reserve menaikan suku bunga yang menandakan bahwa perekonomian negara adidaya tersebut berada di jalur pemulihan.
Data ADP bulan Desember menunjukan telah terjadi penambahan sebanyak 257k, yang mana merupakan kenaikan terbesar jumlah angkatan kerja selama tahun 2015. Hal ini tentu mengejutkan mengingat jauh melebihi estimasi dari para ekonom yang memprediksi akan terjadi penurunan menjadi 193k dari data ADP bulan November 211k.
Pasar tenaga kerja yang begitu positif ini diyakini bisa mendorong pertumbuhan upah tahun ini, sekaligus menggenjot tingkat belanja konsumen sepanjang tahun 2016. Kondisi semacam ini semakin dipertegas oleh pernyataan sebagian besar ekonom mengatakan bahwa pertumbuhan tenaga kerja sebaik ini tidak ada tanda akan memudar, bahkan apabila kondisi seperti sekarang bisa bertahan maka tidak tertutup kemungkinan perekonomian akan kembali bergairah pada pertengahan tahun nanti.
Impor Turun Tajam, Defisit Perdagangan AS Menyempit
Selain laporan ADP, dirilis pula data defisit perdagangan AS yang mana semakin menyempit. Namun kondisi seperti ini bukan karena ekonomi membaik, melainkan disebabkan oleh nilai impor AS turun sehingga selisih antara ekspor dan impor juga otomatis berkurang. Trade balance AS menyusut menjadi 42.4 Milyar Dollar dari data sebelumnya 44.6 Milyar Dollar
Penurunan nilai impor tersebut disebabkan oleh pengurangan impor barang elektronik yang mana peritel AS sudah memasok banyak barang elektronik selama bulan oktober 2015 lalu. Selain itu kejatuhan harga minyak mentah juga membuat AS harus membayar impor minyak lebih murah daripada bulan sebelumnya dan berimbas pada nilai impor secara keseluruhan.
Saat berita ini ditulis, greenback masih terus menguat terhadap Euro dan Poundsterling. Hal tersebut dapat terlihat dari pair EUR/USD yang berada pada level 1.0747. Sementara itu GBP/USD juga terpantau melemah hingga menyentuh level terendah sejak April 2015 dan diperdagangkan pada harga 1.4618