Dolar AS berkubang di level rendah satu-bulan baru terhadap mata uang-mata uang mayor di awal perdagangan hari Jumat (19/06) ini sehubungan dengan jinaknya data inflasi AS yang kian menambah ketidakpastian akan waktu pelaksanaan kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve.
Pengukuran inflasi inti AS hanya mengalami peningkatan sebesar 0.1 persen pada bulan Mei, dan menjadi perolehan yang terkecil dalam lima bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan akan mengetatkan kebijakan moneternya dengan cara yang sangat gradual, apabila suku bunga AS benar akan mulai dinaikkan di akhir tahun ini.
Dolar AS terbenam menghadapi Yen hingga menuju posisi 122.475, melanjutkan kemunduran dari level tinggi pekan ini di 124.465. Terakhir, USD/JPY berada di level 123.080, atau menurun 0.3 persen dalam pekan ini. Pertemuan Bank Sentral Jepang (BOJ) akan menjadi kunci penting bagi perdagangan di sesi Asia hari ini, walaupun tak diprediksi akan ada kejutan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan di bank sentral tersebut terkait kekhawatiran akan perlunya menambah program stimulus atau tidak. Sejumlah analis yang dikutip oleh Reuters, besar kemungkinan BOJ ragu-ragu untuk melonggarkan kebijakan lagi, mengingat Yen yang terus melemah dan mengundang kritik dari pemerintah Jepang.
Jumlah orang yang memohon tunjangan pengangguran di AS pada pekan lalu mulai berkurang, dan menuju ke level rendah 15 tahun dan aktivitas pabrikan di wilayah pertengahan Atlantik berakselerasi ke level tinggi enam bulan pada bulan Juni ini. Meski demikian, Euro masih sedikit lebih mantap terhadap Dolar AS, dengan EUR/USD yang menuju $1,1373, telah menanjak ke level setinggi 1.1440 malam tadi. Kenaikan EUR/USD mencapai hampir 1 persen pada pekan ini.
Sterling The Best Performer
Sterling menjadi mata uang yang paling prima dalam menghadapi Dolar, dengan GBP/USD yang merangkak naik hingga ke level tinggi tujuh bulan ke $1.5930, terutama sejak meningkatnya spekulasi yang menyebutkan kemungkin bahwa Bank Sentral Inggris (BOE) akan mendului The Fed dalam menaikkan tingkat suku bunga, mengingat data-data ekonomi Inggris yang berakselerasi akhir-akhir ini. Penjualan retail Inggris bulan ke bulan mengalami kenaikan 0.2 persen, lebih tinggi daripada kespektasi yang memperkirakan akan menurun 0.1 persen. Penjualan retail inti pun mengalami kenaikan dengan level yang sama.