Dolar AS tampak loyo menghadapi Euro dan Yen di Selasa (01/09) sore hari ini karena China belum juga beranjak dari perlambatan ekonominya. Akibatnya, tindak penghindaran risiko pun terpicu dan kembali menggugurkan ekuitas Asia. EUR/USD naik 0.5 persen ke angka 1.1268, memperpanjang lambungannya menjauhi level rendah pekan lalu di angka 1.115.
Terhadap mata uang-mata uang mayor hari ini, indeks Dolar jeblok 0.3 persen ke level 95.580. Pekan lalu, indeks Dolar sudah menghimpun kenaikan hingga 1.2 persen bersama dengan sedikit memulihnya sentimen risiko.
Para spekulan umumnya menggunakan mata uang low-yielding untuk mendanai posisi di mata uang yang lebih tinggi yield-nya serta ekuitas, oleh sebab itu, memburuknya outlook pasar ekuitas cenderung menggenjot mata uang-mata uang ber-yield rendah seperti Euro dan Yen. Sedangkan, Dolar Australia naik 0.4 persen ke angka 0.7141 trehadap Dolar AS. Aussie sempat menjajal level rendah enam setengah tahun di angka 0.7044 di akhir bulan Agustus, merefleksikan efek dari kondisi ekonomi China yang tak menguntungkan.
Pasar Sangsikan Ke-hawkish-an Fisher
Anjloknya indeks saham futures AS sebanyak 1.5 persen dan memudarnya minat risiko terjadi setelah komentar Wakil Ketua The Fed AS, Stanley Fischer, pekan lalu tentang suku bunga AS, yang dinterpretasikan bersentimen hawkish. Fischer tetap tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga acuan pada bulan September ini, meskipun gonjang-ganjing pasar finansial global masih pasang surut dalam beberapa minggu terakhir.
Akan tetapi, pasar justru tetap menunjukkan keraguannya apakah The Fed akan tetap menaikkan suku bunga di tengah kondisi seperti ini. Imbasnya, performa Dolar AS pun terbebani. "Sehubungan dengan kondisi pasar saham sekarang ini, saya kira, (kenaikan suku bunga AS) tidak mungkin," tutur seorang trader di sebuah Bank Jepang yang berlokasi di Singapura kepada Reuters. Kendatipun data ekonomi AS yang akan datang relatif kuat, trader tersebut mengaku sangsi The Fed akan melepaskan suku bunga nolnya bulan ini.