EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,313.96/oz   |   Silver 27.53/oz   |   Wall Street 38,892.33   |   Nasdaq 16,349.25   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 63,161.95   |   Ethereum 3,062.73   |   Litecoin 80.79   |   USD/JPY naik ke dekat 154.00 di tengah membaiknya dolar As, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD: Pembeli Pound Sterling ragu-ragu karena level kunci masih kokoh, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Pound Sterling kembali melemah saat fokusnya bergeser ke keputusan kebijakan moneter BoE, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   RBA mempertahankan pengaturan kebijakan, pasar mencermati komentar para gubernur bank sentral, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Indika Energy Tbk. (INDY) menetapkan dividen tunai sebesar $30 juta atau sekitar Rp480 miliar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 3.6% ke level Rp575 per unit, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Remala Abadi Tbk. (DATA) naik 34.04% atau nyaris menyentuh ARA usai resmi mencatatkan saham perdana di BEI pada hari ini, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil di 5,205, sementara Nasdaq 100 turun sedikit menjadi 18,184 pada pukul 19:33 ET (23:33 WIB). Dow Jones datar di 38,991, 14 jam lalu, #Saham AS

Inflasi PCE Trengginas, Dolar AS Ngegas

Penulis

Laporan PCE mengonfirmasi bahwa tekanan inflasi AS lebih kuat daripada perkiraan, sehingga suportif bagi dolar AS menjelang rapat FOMC minggu depan.

Seputarforex - Dolar AS menguat dalam perdagangan hari Jumat (26/April) berkat dua kabar anyar yang fantastis. Pertama, laporan Belanja Konsumen Personal (PCE) mengonfirmasi bahwa tekanan inflasi AS lebih kuat daripada perkiraan. Kedua, bank sentral Jepang mengekspresikan sikap dovish yang melonjakkan USD/JPY sampai rekor multidekade baru. Indeks Dolar AS (DXY) kini pulih ke kisaran 106.00, kembali mendekati harga pembukaan awal pekan.

DXY Daily

Indeks Harga PCE Inti adalah salah satu instrumen pengukur inflasi yang dipantau oleh Federal Reserve AS. Untuk mencapai target inflasi 2%, data ini semestinya bertumbuh 0.2% dari bulan ke bulan. Namun, data terbaru menunjukkan pertumbuhannya 0.3% (m/m) pada bulan Maret 2024.

Pertumbuhan tahunan Indeks Harga PCE Inti juga tetap 2.8%, padahal konsensus sebelumnya mengharapkan perlambatan sampai 2.6%. Angka-angka tersebut membuat pasar semakin meragukan prospek penurunan suku bunga The Fed tahun ini, karena bank sentral kemungkinan harus mempertahankan suku bunga tinggi demi menekan inflasi.

"Waktu penurunan suku bunga (The Fed) kemungkinan akan ditunda semakin lama karena inflasi jasa kembali meningkat pada bulan lalu," kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial, kepada Reuters, "Jika perekonomian (Amerika Serikat) melambat dan inflasi tetap tinggi, perdebatan mengenai stagflasi kemungkinan akan muncul kembali, (sehingga) berpotensi memicu volatilitas di pasar."

Laporan PCE memicu penurunan peluang dari 65% menjadi 60% untuk skenario pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024. Semakin banyak pelaku pasar mulai menggeser ekspektasi awal pemangkasan suku bunga ke bulan November 2024 dan bahkan kuartal pertama 2025.

Menjelang rapat FOMC pada tanggal 30 April-1 Mei mendatang, perubahan hawkish ini dapat menyokong greenback. Konsensus kini memperkirakan FOMC tak akan mengubah suku bunga The Fed dalam kesempatan tersebut, sembari terus menegaskan komitmen untuk mempertahankan suku bunga tinggi selama diperlukan.

300432
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.