EUR/USD 1.088   |   USD/JPY 155.870   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.670   |   Gold 2,426.52/oz   |   Silver 32.03/oz   |   Wall Street 39,806.77   |   Nasdaq 16,794.87   |   IDX 7,266.69   |   Bitcoin 71,448.20   |   Ethereum 3,663.86   |   Litecoin 88.60   |   AUD/JPY bergerak di bawah 104.50 setelah Tiongkok memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF berada di Sekitar 0.9100 dengan sentimen positif, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD dapat terkoreksi lebih rendah jika gagal menembus level 1.2700, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Potensi bullish EUR/USD masih ada menjelang pidato The Fed, 16 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1.1 miliar dari capaian laba bersih tahun buku 2023, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp129.38 miliar, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp482.43 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,334, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,661 pada pukul 19:23 ET (23:23 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 40,179, 22 jam lalu, #Saham AS

Draghi Hadapi Tantangan Untuk Tingkatkan Stimulus ECB

Penulis

Presiden ECB Mario Draghi selama beberapa waktu ini terus mengatakan bahwa mereka siap bertindak lebih jauh lagi jika dibutuhkan, guna menopang perekonomian. Namun, niatan tersebut menghadapi tantangan yang tak sedikit.

European Central Bank (ECB) akan berapat lagi untuk membahas kebijakan moneternya pada awal Maret. Presidennya, Mario Draghi, selama beberapa waktu ini terus mengatakan bahwa mereka siap bertindak lebih jauh lagi jika dibutuhkan, guna menopang perekonomian. Namun, niatan tersebut menghadapi tantangan yang tak sedikit.

Mario Draghi

 

Dari Negara Berkembang Hingga Politik

Pada hari Senin (1/2), di hadapan Parlemen Eropa, Draghi kembali menyatakan bahwa pihaknya siap me-review posisi kebijakan moneternya. Lebih lanjut, ia menegaskan ECB akan terus membantu pemulihan ekonomi, sembari mengingatkan akan berbagai ancaman terhadap ekonomi kini, termasuk risiko perlambatan di pasar negara berkembang.

"Prospek pertumbuhan perlahan pulih di perekonomian negara-negara maju, tetapi outlook di negara-negara berkembang lebih lemah. Secara keseluruhan, menurut standar historis, pertumbuhan cenderung lambat.

Ia juga menyebutkan beberapa risiko lain yang bisa melemahkan ekonomi Eropa, diantaranya kondisi ekonomi global, situasi sistem finansial, kebijakan ekonomi negara-negara anggota zona Euro, dan ketidakpastian politik.

 

Jerman Masih Paling Menentang

Pernyataan dovish semacam itu bukanlah pertama kalinya diungkapkan Draghi. Namun demikian, media Wall Street Journal mengulas beberapa hal yang bisa merintangi jalan sang presiden ECB untuk melancarkan stimulus tambahan ataupun melakukan langkah-langkah pelonggaran moneter lainnya.

Pada hari Jumat, Draghi dengan percaya diri menyatakan ada banyak instrumen yang bisa digunakan untuk mendorong naik inflasi. Sebelumnya, pada hari Kamis pekan lalu, ia mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa ke-25 anggota dewan kebijakan ECB mendukung keputusan untuk "me-review dan kemungkinan menimbang ulang" stimulus pada bulan Maret. Namun demikian, Jens Weidmann, pimpinan Bundesbank sekaligus anggota dewan ECB, menyatakan bahwa ECB harus memantau kembali penurunan harga-harga konsumen (inflasi) yang "berjangka pendek, digerakkan oleh harga minyak", sebelum meningkatkan stimulus.

Menurut Weidsmann, apabila dilihat tanpa memperhitungkan harga energi dan makanan yang volatile, inflasi inti di wilayah Euro sejatinya masih meningkat dan jauh dari bahaya deflasi. Atau dengan kata lain, stimulus tambahan tidaklah diperlukan saat ini.

WSJ mencatat bahwa mufakat sebenarnya tidak diperlukan untuk mengambil keputusan di ECB, asalkan suara mayoritas setuju. Namun demikian, bertindak melawan Bundesbank menghadirkan risiko bagi ECB. Apalagi karena sebelumnya ECB sudah berulang kali mengabaikan Bundesbank.

Putusan ECB untuk meluncurkan program pembelian obligasi tahun lalu dan perluasan program tersebut pada Desember, keduanya dilakukan dengan mengabaikan Bundesbank. Padahal, bank sentral Jerman tersebut adalah pemegang saham terbesar ECB. Perekonomian Jerman juga memegang porsi lebih dari seperempat total kekuatan ekonomi Zona Euro.

 

Bukan Maret Tapi Juni?

Sejumlah ekonom yang diwawancarai WSJ mengatakan mereka kini tak mengharapkan ECB untuk mengumumkan stimulus tambahan pada bulan Maret, melainkan pada bulan Juni. Pada bulan Juni, Berenberg, JP Morgan, dan RBS yang termasuk jajaran konglomerat finansial multinasional, semuanya memperkirakan ECB akan menambah pembelian obligasinya sebesar minimal 10 milyar Euro dari 60 milyar Euro saat ini, serta memangkas suku bunga deposit setidaknya sebanyak 0.1 persen lagi.

Akan tetapi, Bundesbank tidak sendirian dalam mengkhawatirkan konsekuensi kebijakan moneter yang dianggap kelewat longgar. Menurut notulen rapat ECB Desember yang dipublikasikan awal bulan Januari, beberapa anggota dewan lain terekam memperingatkan risiko signifikan dan dampak sampingan dari program pembelian obligasi yang seharusnya disimpan saja untuk jaga-jaga kalau deflasi benar-benar terjadi.

Beberapa anggota lain juga menentang pemotongan suku bunga deposit pada dana-dana bank umum yang disimpan overnight di bank sentral tersebut. Pasalnya, itu malah bisa berbalik jadi bumerang apabila bank-bank komersial dan investasi malah meningkatkan suku bunga kredit yang dikenakan pada nasabah mereka guna menggantikan "kerugian" akibat harus membayar bunga deposit ke bank sentral.

 

259459

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.