Jepang membukukan surplus neraca berjalan untuk 19 bulan berturut-turut hingga Januari karena kuatnya income dari investasi luar negeri yang melebihi investasi yang dibatalkan sehingga menutupi kekurangan dalam perdagangan internasionalnya.
Surplus neraca berjalan Jepang, sebuah pengukuran terhadap aktivitas perdagangan Jepang ke seluruh dunia, dilaporkan mencapai total 520.8 miliar Yen pada bulan Januari ini dalam penyesuaian musiman, demikian data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Jepang, Selasa (08/03) hari ini. Angka tersebut lebih sempit dibandingkan dengan surplus 745.2 miliar Yen yang diperkirakan sebelumnya oleh para ekonom.
Jepang telah mencetak surplus-surplus bulanan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir karena lemahnya Yen telah mendorong nilai income investasi langsung dari luar negeri berikut saham dan obligasi asing. Dalam basis tahunan, surplus neraca berjalan Jepang pada tahun 2015 menjadi yang terbesar sejak tahun 2010. Jatuhnya harga minyak menjadi faktor yang membantu meningkatkan neraca perdagangan Jepang dan mengerek surplus.
Revisi GDP Jepang Beri Harapan Bagi Abenomics
Selain itu, kontraksi perekonomian Jepang ternyata tak sebesar pengukuran pendahuluannya di kuartal akhir 2015 lalu. Revisi angka GDP Jepang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut hanya menyusut 1.1 persen dalam satu kuartal lalu dalam basis tahunan, lebih kecil dibandingkan data pendahuluannya yang menyebutkan menyusut 1.4 persen. Untuk keseluruhan tahun 2015, GDP Jepang di revisi tumbuh 0.5 persen dari estimasi sebelumnya di 0.4 persen.
Laporan ini menerbitkan secercah harapan bahwa perekonomian Jepang sedikit lebih baik daripada yang dipikirkan sebelumnya setelah gejolak yang terjadi di awal tahun. Jebloknya harga-harga saham, eskpor, serta penguatan Yen menginterupsi keberlanjutan kebijakan Abenomics.
Pasca laporan-laporan tersebut, Yen menguat terhadap Dolar AS dengan USD/JPY yang menurun 0.36 persen ke harga 113.04.