Dollar AS berdiri kokoh versus Yen pada sesi Asia hari Selasa (27/6), saat Investor tengah menanti pidato Yellen. Greenback langsung menguat hingga meraih rekor tertinggi 4 pekan dan berpotensi akan terus naik bila muncul pernyataan hawkish dari wanita nomor satu di Bank Sentral AS tersebut.
Ketua Fed, Janet Yellen dijadwalkan akan ambil bagian dalam diskusi tentang ekonomi global di London’s Royal Academy dan sepertinya (Yellen) akan membahas tentang membaiknya perekonomian AS, meskipun ada beberapa rilis data fundamental yang cukup mengecewakan dalam beberapa waktu terakhir.
“Hedge Fund telah menjual Yen dalam minggu ini dan komentar positif dari Yellen nanti bisa memberikan mereka alasan untuk menjual Yen lebih banyak lagi”, ucap Kaneo Ogino, Direktur Analis Forex Global-Info Co di Tokyo kepada Reuters.
Aksi jual Yen tersebut lantas memberikan dorongan terhadap Greenback untuk kembali menguat menyentuh level 112.05 yang merupakan tertinggi satu bulan.
Investor seolah tidak ingin berspekulasi lebih jauh terhadap prospek kenaikan suku bunga lanjutan Federal Reserve. Pasalnya data ekonomi yang dirilis pada hari Senin kemarin menunjukan adanya hambatan dalam akselerasi ekonomi, data Durable Goods Orders dan pengiriman barang yang mencatatkan penurunan terdalam sepanjang tahun 2017.
Meski banyak Investor khawatir lemahnya data ekonomi AS bisa berpengaruh terhadap trend Inflasi, namun Presiden Fed San Francisco, John Williams mengatakan bahwa penurunan Inflasi akhir akhir ini lebih disebabkan oleh faktor “satu kali” dan seharusnya tidak mencegah kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pada pukul 9:21 WIB, Yen terpantau melemah terhadap Dollar AS. Pairing USD/JPY berada di level 111.90 dan berpotensi akan terus naik bila pidato Yellen memberikan petunjuk terhadap prospek Rate Hike lanjutan 2017.
Euro Kembali Tertekan Pasca Pidato Draghi
Mata uang lain seperti Euro telihat cukup tertekan terutama setelah Presiden ECB, Mario Draghi pada hari Senin malam waktu setempat (Selasa dini hari WIB) memberikan pernyataan bernada dovish. Draghi mengatakan bahwa suku bunga super rendah Bank Sentral Eropa menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi serta memberikan keuntungan bagi peminjam.
Draghi juga menolak untuk segera mengakhiri kebijakan moneter Ultra Longgar yang sudah berlangsung lama tersebut sehingga Investor mencerna pidato tersebut dan menganggap prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa kian tipis yang melemahkan Euro.