EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,319.70/oz   |   Silver 27.41/oz   |   Wall Street 38,813.83   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,135.89   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   NFP yang lebih lemah dan sikap dovish Powell dapat merevitalisasi penjual dolar As, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF melayang di sekitar level 0.9050 jelang pernyataan ketua SNB Jordan, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD belum berhasil melewati rintangan utama di sekitar level 1.2550, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD tetap bertahan di bawah level 1.3700, fokus pada pidato the Fed, data IMP Kanada, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 11 jam lalu, #Saham AS

Kenaikan Suku Bunga The Fed Kemungkinan Ditunda

Penulis

Perekonomian Amerika Serikat kembali terpukul oleh musim dingin di kuartal pertama tahun 2015 kemarin, sehingga hanya mampu mencatat pertumbuhan rendah 0.2% dan berpotensi mendorong the Fed untuk menunda kenaikan suku bunga hingga September 2015 atau di kuartal empat setelahnya.

Perekonomian Amerika Serikat kembali terpukul oleh musim dingin di kuartal pertama tahun 2015 kemarin, sehingga hanya mampu mencatat pertumbuhan rendah 0.2% dan berpotensi mendorong the Fed untuk menunda kenaikan suku bunga hingga September 2015 atau di kuartal empat setelahnya.

 

Data GDP AS

Data Laju Pertumbuhan GDP Amerika Serikat Kuartal 2/2012-Kuartal 1/2015

Siklus Musiman Atau Pertanda Buruk?

Kemarin (29/4) dilaporkan bahwa advanced estimate pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan perlambatan, jatuh dari 2.2% pada kuartal sebelumnya ke 0.2% saja, jauh dibawah ekspektasi analis. Perlambatan ini disinyalir disebabkan oleh buruknya musim dingin, konflik buruh di West Coast, jatuhnya harga minyak, serta penguatan Dolar AS yang berlebihan. Muncul setelah rangkaian data ketenagakerjaan memburuk dan inflasi yang melambat data ini sekali lagi memukul ekspektasi akan pemulihan ekonomi AS dan kenaikan suku bunga the Fed.

FOMC The Fed juga mencatat perlambatan ekonomi ini dalam pernyataannya pasca rapat kemarin. Dalam kesempatan itu, para pengambil kebijakan tidak memberikan petunjuk mengenai kapan mereka akan menaikkan suku bunga, dan malah menyingkirkan semua indikasi yang menyinggung tanggal tertentu di kalender. Meski demikian, mereka masih optimis kedepan pertumbuhan akan terangkat dalam "laju moderat", sehingga pasar pun masih memiliki harapan suku bunga akan dinaikkan dalam tahun 2015, meski mungkin tidak di pertengahan tahun (Juni).

Musim Dingin AS

 

Laporan ekonomi yang dikeluarkan di kuartal pertama setiap tahun memang secara siklus musiman sering terkoreksi akibat musim dingin. Secara historis, sejak tahun 2010, perekonomian Amerika Serikat pada kuartal pertama tiap tahun rata-rata hanya tumbuh dengan laju 0.6%, meski di kuartal berikutnya rata-rata tercatat 2.9%.

Namun, kondisi saat ini dimana inflasi merosot ke nol dan pasar tenaga kerja mengendur kian melemahkan argumen yang mendukung urgensi kenaikan suku bunga the Fed. Sebagaimana diketahui, kenaikan suku bunga merupakan upaya memitigasi tekanan inflasi dan berpotensi berdampak negatif pada pasar tenaga kerja, sehingga tidak mungkin dilakukan dalam situasi inflasi rendah dan pasar tenaga kerja termoderasi. Dengan demikian, the Fed perlu melihat pemulihan pasar tenaga kerja lebih lanjut dan tanda-tanda bahwa inflasi bisa mencapai target 2% sebelum menaikkan suku bunga.

 

Catatan Lain

Sejumlah catatan lain dari laporan GDP terbaru AS ini memberikan sinyal kurang baik. Pertumbuhan pengeluaran konsumen yang meliputi dua pertiga aktivitas ekonomi tercatat hanya meningkat 1.9%, anjlok jika dibanding kenaikan 4.4% pada musim belanja di kuartal sebelumnya. Pun, ini mengindikasikan perekonomian AS tidak mendapatkan manfaat yang substansial dari murahnya harga minyak, meski harga minyak murah telah mengakibatkan banyak karyawan sektor migas dirumahkan dan sumur tambang berhenti beroperasi. Konsumen nampaknya masih enggan menggunakan dana surplus dari berkurangnya alokasi biaya konsumsi energi untuk meningkatkan konsumsi jenis barang dan jasa lain, dan malah memilih untuk meningkatkan tabungannya saja karena trauma akan resesi.

Disamping itu, ekspor barang dan jasa keluar negeri merosot akibat apresiasi Dolar AS terhadap mata uang-mata uang lainnya. Ekspor tercatat turun 7.2% meski di kuartal sebelumnya meningkat 4.5%. Penyebab utamanya kemungkinan adalah penurunan permintaan luar negeri akibat perlambatan ekonomi global yang bertepatan dengan penguatan Dolar AS, sehingga daya saing produk-produk Amerika Serikat kian tidak menarik.

Terlepas dari suramnya gambaran ekonomi AS saat ini, kondisi masih lebih baik ketimbang kuartal pertama tahun 2014 lalu. Saat itu, musim dingin yang amat buruk telah membuat laju pertumbuhan ekonomi tersungkur ke -2.1%. Akan tetapi dalam semester berikutnya perekonomian pulih dan tumbuh pesat, menggarisbawahi situasi kuartal pertama tadi sebagai anomali akibat musim dingin semata.

 

Tidak Mungkin Juni

Tanweer Akram dari Voya Investment Management di Atlanta mengatakan pada LA Times bahwa kenaikan suku bunga the Fed lebih mungkin terjadi di kuartal keempat 2015 karena dengan inflasi rendah maka para pengambil kebijakan akan lebih memilih untuk berhati-hati dan memantau apakah data kuartal satu kemarin hanya anomali.

Senada dengan itu, Kathy Lien dari BK Asset Management, Bill Gross dari Janus Capital Group, dan perusahaan manajemen keuangan terbesar dunia BlackRock Inc, sepakat kenaikan suku bunga the Fed pada bulan Juni tidak mungkin terjadi. Gross mengatakan pada Bloomberg bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin bisa terjadi di September atau Desember. BlackRock juga menilai kenaikan suku bunga lebih mungkin terjadi di September. Sedangkan Lien mencatat, "Anda hidup di dunia mimpi jika masih berpikir the Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni. Dengan berlalunya rapat FOMC, fokus akan beralih ke laporan Nonfarm Payrolls pekan depan. Agar Dolar meraih momentum, kita perlu melihat pertumbuhan lapangan kerja rebound besar... Dengan pendapatan rumah tangga meningkat kuat dan sentimen konsumen tetap tinggi, (maka) kenaikan suku bunga pada 2015 masih teguh diatas meja. Namun demikian, perlambatan (ekonomi) di kuartal pertama akan menggeser (kenaikan suku bunga) ke September karena the Fed perlu melihat perekonomian pulih dari kelesuan musim dingin sebelum menaikkan bunga."

Sementara itu, menurut Lien, dalam rentang waktu antara rapat FOMC kemarin hingga rilis Nonfarm Payrolls pekan depan, USDJPY kemungkinan akan tertahan diantara 118-120, EUR/USD antara 1.13 dan 1.08, serta GBPUSD antara 1.52-1.55. Di sisi lain, ketidakpastian masalah utang Yunani serta isu-isu seputar pemilu Inggris dan kemelut ekonomi mereka masih menjadi kekhawatiran meski Euro dan Poundsterling secara umum telah berhasil memanfaatkan kesempatan untuk gain terhadap Dolar AS.

231122

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.


Agung
EUR/USD antara 1.13 dan 1.08

but now 15 mei 2015 eurusd 1.1425....
hehehe