Dampak Baik Dan Buruk Suku Bunga Negatif
Seandainya Draghi dan anggota parlemen European Central Bank lainnya memutuskan untuk mengiplementasikan suku bunga negatif, dapat dipastikan mereka akan mulai mengenakan biaya bagi bank-bank yang menyimpan uang mereka di gudang milik bank sentral Eropa tersebut. Kita bisa melihat hal ini sebagai bentuk penguatan secara negatif, di mana bank akan mendapatkan hukuman jika meninggalkan uang mereka tak bergerak di brankas ECB.
Tujuan utama dari suku bunga negatif adalah memotivasi bank untuk menerbitkan lebih banyak pinjaman dan kredit pada konsumen dan pengusaha. Dengan demikian, akan lebih banyak tersedia likuiditas dalam perekonomian yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan.
Langkah ini bukanlah hal baru. Denmark sempat menerapkan suku bunga negatif pada Juli 2012. Para analis berargumen langkah tersebut bekerja dengan baik bagi negara tersebut, sebab kebijakan itu telah menangkal tekanan terhadap Krona Denmark dan menstabilkan nilai EUR/DKK.
Mereka yang menyukai kebijakan suku bunga negatif mengungkapkan bahwa, seperti Denmark, ECB juga akan mampu mendorong sektor ekspor dengan membatasi pergerakan euro. Sisi positif lainnya adalah bank-bank di wilayah inti akan terdorong untuk memberi pinjaman pada bank di wilayah pinggiran di mana kredit berada di kisaran rendah. Hal ini dapat mendorong pinjaman antar bank di seluruh wilayah.
Tapi tentu saja, tak jauh berbeda dengan semua yang ada di dalam hidup, akan selalu ada berbagai sisi dalam sebuah teori.
Sedangkan mereka dengan pikiran skeptis menganggap suku bunga negatif tidak akan memberi efek. Tapi kita juga perlu ingat, setiap minggu bank wajib membayar pada ECB sebagai ganti biaya operasional refinansial jangka panjang, atau Long-Term Refinancing Operation (LTRO). Untuk menghindari biaya ekstra dari suku bunga negatif, dengan mudah bank dapat menaikkan jumlah biaya yang mesti mereka bayar pada bank sentral.
Selain itu, muncul kekhawatiran jika bank akan melimpahkan biaya tambahan dari suku bunga negatif kepada konsumen. Kebijakan ini kemudian dapat berefek bumerang, karena konsumen dan pengusaha akan enggan mengambil pinjaman, karena bunga kredit yang lebih tinggi.
Sebagian besar pasar beranggapan ECB tidak akan menerapkan suku bunga negatif dalam waktu dekat. Kebijakan itu baru akan diterapkan jika data ekonomi begitu buruk, sehingga meyakinkan para petinggi ECB untuk memberlakukan suku bunga negatif.
Pengertian Suku Bunga Negatif
Beberapa mungkin mengerti suku bunga adalah salah satu faktor terbesar yang menentukan nilai mata uang suatu negara. Inilah penyebab mengapa bila sebuah berita mengenai bias kebijakan moneter, perhatian trader akan segera tertuju pada berita tersebut. Demikian pula jika terjadi rilis data ekonomi yang dapat memengaruhi ekspektasi suku bunga.
Seringnya, ketika terjadi kenaikan suku bunga atau ketika trader mengharapkan adanya kenaikan suku bunga, hal ini akan mengakibatkan peningkatan atas permintaan mata uang negara tersebut. Dan tentu saja, secara otomatis, kejadian ini juga melambungkan nilai mata uang.
Di sisi lain, ketika sebuah bank sentral memangkas, atau diduga akan melakukan pemotongan suku bunga, permintaan terhadap mata uang negara tersebut akan turun. Demikian pula dengan nilai mata uang negara tersebut. Inilah mengapa suku bunga acuan bank sentral menentukan tingkat pengembalian (rate of return) karena mengadakan aset negara tersebut.
Baru-baru ini, petinggi European Central Bank menyebabkan kericuhan di pasar dengan mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan untuk menerapkan suku bunga deposito negatif. Ini bukan pertama kalinya isu ini berhembus, karena Gubernur ECB Mario Draghi sempat mempertimbangkan kebijakan ini pada Juni.
Suku bunga positif berarti bank lokal mendapatkan keuntungan kecil karena menyimpan sebagian cadangan kas mereka pada bank sentral. Dengan mengimplementasikan suku bunga negatif, sentral bank akan mengenakan biaya pada bank yang menyimpan uang mereka di dalam brankas bank sentral. Singkat kata, dengan menerapkan suku bunga negatif akan mengecilkan hati bank lokal dari menyimpan uang mereka ketimbang meminjamkannya.
Tentu saja, perubahan suku bunga deposit juga akan berimbas terhadap keseluruhan suku bunga. Karena, ketika bank tidak lagi menghasilkan tingkat pengembalian dengan menyimpan uang di sentral bank, mereka akan cenderung mencari keuntungan di tempat lain. Dan dengan lebih kas untuk dipinjamkan pada individual dan pengusaha, bank tidak akan keberatan untuk mengenakan suku bunga pinjaman lebih rendah demi mendorong lebih banyak peminjaman.
Dengan bank mendapatkan keuntungan lebih kecil dari meminjamankan kas, mereka dapat berakhir menawarkan pengembalian (returns) yang lebih rendah pada produk investasi dan keamanan. Imbasnya, hal ini akan menurunkan rata-rata suku bunga di negara tersebut, dan berakhir pada melemahnya permintaan terhadap aset dan mata uang negara tersebut.
Dampak potensial dari kebijakan ini tidak selalu dapat dilihat atau dirasakan oleh pasar, sebab beberapa pihak yang menolak langkah ini berargumen bahwa bank lokal dapat dengan mudah membebankan biaya dari suku bunga deposit negatif pada konsumen. Dan bila ini adalah masalahnya, bank diperkirakan akan berakhir mengenakan biaya suku bunga pinjaman lebih tinggi sehingga menurunkan aktivitas peminjaman.
Hal tersebut diduga menjadi salah satu penyebab dari dampak potensial FOMC yang dikhawatirkan oleh James Bullar, ketika ia mengeluarkan pernyataan bahwa The Fed mestinya memelajari dampak suku bunga deposito negatif.