Inflasi Inggris untuk bulan September pada Selasa (13/10) sore ini dilaporkan berbalik negatif untuk kedua kalinya sejak tahun 1960, merefleksikan lemahnya harga seperti yang telah diperingatkan oleh Bank Sentral Inggris (BOE).
Indeks Harga Konsumen (CPI) Inggris tahunan tercatat jeblok ke -0.1 persen (yoy) di bulan September setelah mengalami stagnasi di bulan Agustus, demikian yang dilaporkan oleh Biro Statistik Nasional Inggris (ONS) di London. Para ekonom sebelumnya memperkirakan bahwa CPI Inggris masih akan mengalami stagnasi. Harga terus menurun sejak bulan April lalu, dan untuk pertama kalinya kembali berada di bawah nol sejak lebih dari setengah abad.
Data ini akan kembali memunculkan pandangan bahwa BOE masih harus berjuang keras untuk menggenjot inflasi di Inggris, setidaknya hingga meninggalkan level rendah 0.5 persen. Berkebalikan dengan pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang makin membaik, inflasi Inggris masih jauh di bawah target 2 persen BOE.
ONS menyebutkan, kontribusi terbesar pada merosotnya harga adalah dari rendahnya harga bahan bakar minyak (BBM), disusul kemudian lemahnya harga gas dan pakaian yang menyempurnakan keterpurukan inflasi konsumen Inggris. "Meskipun inflasi berbalik negatif pada bulan ini, gambaran yang lebih besar pada inflasi Inggris sebetulnya cenderung flat, terutama sejak diukur dari awal tahun 2015 ini," tutur Richard Campbell, Kepala Bagian CPI di ONS kepada Bloomberg.
GBP/USD Tumbang
Merespon laporan tersebut, Poundsterling ambles terhadap Dolar AS dengan GBP/USD yang tumbang 0.59 persen ke angka 1.5258 dari kisaran 1.5287 menjelang data inflasi dirilis. Sedangkan EUR/GBP melonjak 0.89 persen ke angka 0.7645 dari sebelumnya di kisaran 0.7452.