EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.17/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,172.51   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 4 jam lalu, #Saham AS

Risk Off Meningkat, Dolar AS Menguat Jelang FOMC

Penulis

Sikap hati-hati investor jelang pertemuan FOMC dan kekhawatiran pasar terhadap dampak pembatasan sosial di Eropa telah memantik sentimen risk off.

Seputarforex - Dolar AS sedikit menguat pada perdagangan Asia hari Selasa (26/Januari), didukung oleh sentimen risk off pelaku pasar yang tengah meningkat. Indeks DXY yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang mayor berada di kisaran 90.40, menguat 0.02 persen dari harga Open harian.

Risk-Off Meningkat, Dolar AS Menguat

Penguatan Greenback didasari oleh aksi profit-taking posisi short Dolar AS jelang pertemuan FOMC pekan ini. Pelaku pasar memperkirakan jika pertemuan dua hari FOMC pada pekan ini kemungkinan besar akan berujung pada keputusan untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 0 persen hingga 0.25 persen. Sementara itu, laju pembelian obligasi bulanan diharapkan tetap sebesar $120 miliar. Mengingat The Fed berpotensi mempertahankan kebijakan moneter longgarnya, maka perhatian investor kali ini lebih tertuju pada statement bank sentral mengenai outlook perekonomian.

Kewaspadaan pasar menyambut pengumuman The Fed bukan satu-satunya hal yang memicu sentimen risk off. Pasalnya, prospek pemulihan ekonomi 2021 kembali berada di bawah tekanan menyusul peningkatan kasus virus Corona yang cukup signifikan dan mendorong beberapa negara Eropa serta Asia untuk kembali memberlakukan kembali pembatasan sosial.

Akan tetapi, analis melihat bahwa kekhawatiran terhadap dampak virus Corona hanya akan berlangsung secara jangka pendek. Untuk jangka menengah dan panjang, prospek perekonomian yang cerah akan membuka jalan bagi The Fed untuk meninjau kembali kebijakan moneternya.

"Jika perkiraan kami benar, maka kita akan melihat periode pertumbuhan booming, inflasi yang meningkat atas dampak stimulus masif tahun in. The Fed mungkin akan terdorong untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter lebih cepat dari dugaan selama iniā€¦ Sepertinya, The Fed akan mulai membahas pengetatan moneter akhir tahun ini untuk agenda tahun 2023," kata ING dalam sebuah catatan.

Download Seputarforex App

295042
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.