EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,313.34/oz   |   Silver 27.50/oz   |   Wall Street 38,941.22   |   Nasdaq 16,349.25   |   IDX 7,166.81   |   Bitcoin 63,161.95   |   Ethereum 3,062.73   |   Litecoin 80.79   |   USD/JPY naik ke dekat 154.00 di tengah membaiknya dolar As, 5 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD: Pembeli Pound Sterling ragu-ragu karena level kunci masih kokoh, 5 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Pound Sterling kembali melemah saat fokusnya bergeser ke keputusan kebijakan moneter BoE, 5 jam lalu, #Forex Fundamental   |   RBA mempertahankan pengaturan kebijakan, pasar mencermati komentar para gubernur bank sentral, 5 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Indika Energy Tbk. (INDY) menetapkan dividen tunai sebesar $30 juta atau sekitar Rp480 miliar, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 3.6% ke level Rp575 per unit, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Remala Abadi Tbk. (DATA) naik 34.04% atau nyaris menyentuh ARA usai resmi mencatatkan saham perdana di BEI pada hari ini, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil di 5,205, sementara Nasdaq 100 turun sedikit menjadi 18,184 pada pukul 19:33 ET (23:33 WIB). Dow Jones datar di 38,991, 11 jam lalu, #Saham AS

The Fed: Pasar Negara Berkembang Harus Bisa Melindungi Dirinya Sendiri

Penulis

Pejabat The Fed menolak seruan internasional untuk memasukkan terancam jatuhnya pasar negara berkembang sebagai pertimbangan ketika tapering stimulus moneter nanti benar-benar akan dilaksanakan. Resiko pengurangan pembelian saham oleh The Fed yang akan menghancurkan perekonomian negara-negara India hingga Turki dengan memicu kas keluar dan biaya pinjaman yang lebih tinggi, menjadi pokok bahasan dominan dalam pertemuan tahunan bank-bank sentral dan para ahli ekonomi di Jackson Hole kemarin.

Pejabat The Fed menolak seruan internasional untuk memasukkan terancam jatuhnya pasar negara berkembang sebagai pertimbangan ketika tapering stimulus moneter nanti benar-benar akan dilaksanakan. Resiko pengurangan pembelian saham oleh The Fed yang akan menghancurkan perekonomian negara-negara India hingga Turki dengan memicu kas keluar dan biaya pinjaman yang lebih tinggi, menjadi pokok bahasan dominan dalam pertemuan tahunan bank-bank sentral dan para ahli ekonomi di Jackson Hole, Sabtu (24/08) kemarin. Indeks saham pasar negara berkembang pekan lalu turun 2,7% paling tajam dalam dua bulan ini, dibandingkan dengan kenaikan 0,5 persen pada Standard & Poor 500.

Dennis Lockhart

Aksi jual tersebut dianggap bukan masalah oleh para pejabat The Fed. Mereka mengatakan, satu-satunya yang menjadi fokus mereka adalah perekonomian AS karena neraca bank sentral AS sendiri telah membengkak sebanyak $3.65 miliar akibat kucuran yang terus menerus untuk membeli obligasi. Sehingga The Fed harus segera memangkas pembelian bulanan mereka. Bahkan, sebagian pejabat The Fed menasihati pasar negara berkembang untuk melindungi diri mereka sendiri, karena The Fed juga ditekan oleh IMF serta menjelaskan kepada Gubernur Bank Sentral Mexico, Agustin Cartens untuk segera memperbaiki diri dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi secara global.

Dennis Lockhart, Presiden The Fed bagian Atlanta menyatakan pada Blomberg,"Kita semua harus ingat bahwa tugas utama Bank sentral Amerika adalah menyampaikan mandat pada kongres internasional mengenai apa yang sedang terjadi pada perekonomian AS dan apa yang akan kami lakukan untuk memperbaikinya," Ia juga menambahkan,"Negara-negara lain harus memakluminya dan mengambil langkah sendiri apabila ada dampak yang ditimbulkan akibat kebijakan ini." Pendapat yang sama juga dilontarkan oleh Presiden The Fed untuk Saint Louis, James Bullard. Ia mengatakan bahwa fokus The Fed adalah kebijakan yang objektif. Kebijakan yang mereka ambil adalah dari banyak pertimbangan, bukan hanya dari kepentingan pasar negara berkembang saja.

Pada simposium di Wyoming kemarin, Presiden The Fed, Ben Bernanke tidak hadir. Delegasi dari negara-negara di dunia kemarin melakukan perdebatan dengan tema "Dimensi Global Akibat Kebijakan Moneter Yang Tidak Konvensional". Sebagian besar cenderung mempertanyakan nasib pasar negara berkembang, karena negara-negara berkembang inilah yang akan paling merasakan dampak setelah negara adikuasa ini keluar dari resesi.

Dari 35 perwakilan bank-bank sentral di dunia, sebagian besar mendesak The Fed agar melakukan pertimbangan lebih lanjut mengenai tapering. Namun hasil dari konferensi ini masih diperdebatkan dan sekaligus menjadi peringatan bagi negara-negara terutama negara berkembang untuk harus siap siaga karena kemungkinan buruknya akan semakin parah.

134766
Penulis

SFN merupakan hasil kerjasama beberapa personel tim Seputarforex untuk mengulas berita-berita terkini di bidang forex maupun saham.