EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,096.00   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

USD/JPY Anjlok Akibat Faktor Teknikal Pasca Rilis Surat CEO Apple

Penulis

Surat CEO Apple memicu aksi risk-off dan pelarian investor ke aset Safe Haven, khususnya Yen. USD/JPY anjlok seketika akibat terpicunya eksekusi pada level teknikal penting.

Pasangan mata uang USD/JPY sempat anjlok hingga kisaran 105.00 pada perdagangan sesi Asia tadi pagi (3/Januari), setelah surat CEO Apple mengungkap pemangkasan proyeksi penjualannya untuk kuartal terakhir tahun 2018. Pasalnya, proyeksi tersebut melonjakkan kekhawatiran pelaku pasar mengenai perlambatan ekonomi global, di tengah tipisnya volume perdagangan pasca libur Tahun Baru.

Saat berita ditulis, Dolar AS telah menanjak kembali versus Yen ke kisaran 107.13. Namun, kemerosotan minat risiko yang mendorong pelarian investor ke aset-aset Safe Haven ini masih menekan mata uang dengan beta lebih tinggi seperti Dolar Australia, Dolar New Zealand, Dolar Kanada, dan Poundsterling. Indeks Dolar AS (DXY) juga masih terdampar pada kondisi -0.15 persen di kisaran 96.53.

USD/JPY Anjlok Pasca Rilis Forecast Penjualan Apple

Dini hari tadi, CEO Apple, Tim Cook, memperingatkan investor melalui surat resminya bahwa penjualan kuartal IV/2018 bisa jadi menurun, dikarenakan penjualan iPhone yang lebih rendah dari ekspektasi di China di tengah sengitnya perang dagang dengan Amerika Serikat. Padahal, China mencakup sekitar 15 persen dari pendapatan global Apple.

"Walaupun kami mengantisipasi sejumlah tantangan di pasar negara berkembang terpenting, (tetapi) kami tidak membayangkan betapa besarnya perlambatan ekonomi, khususnya di China," tulis Cook. Secara langsung, ia menunjuk "peningkatan ketegangan perdagangan dengan AS" sebagai salah satu biang keroknya.

Apple kini mengekspektasikan pendapatan turun dari kisaran USD89-93 Miliar ke USD84 Miliar saja. Selain karena ekspektasi penurunan penjualan tersebut, juga disebabkan oleh lemahnya aktivitas pabrikan di Eropa dan Asia pada bulan Desember.

Perdagangan saham Apple sempat membeku, sesaat setelah publikasi surat Cook. Setelah itu, harga langsung terjun 8 persen saat perdagangan dibuka kembali, menghapus sekitar USD55 Miliar dari nilai kapitalisasi pasarnya. Kehebohan aksi risk-off di pasar saham AS ini langsung merembet ke aset-aset lainnya.

Di saat yang sama, menurut laporan Reuters, lonjakan aksi investor menghindari risiko mengakibatkan terpicunya eksekusi pada posisi-posisi short Yen yang telah dibuka selama berbulan-bulan secara masif. Hal itu diperparah lagi oleh rendahnya likuiditas karena bursa Jepang masih diliburkan. Oleh karenanya, kemerosotan USD/JPY kali ini lebih digerakkan oleh faktor teknikal, daripada fundamental.

Meski demikian, analis memproyeksikan ada alasan lain bagi Yen untuk menguat dalam jangka panjang. Athanasios Vamvakidis, pakar strategi mata uang dari Bank of America Merrill Lynch mengungkapkan, "Yen itu undervalued dan bisa menguat, baik jika Dolar melemah secara umum, maupun jika pandangan positif kita mengenai akan terstabilisasinya pertumbuhan potensial tahun ini ternyata keliru, Fed menghentikan (kenaikan suku bunga) dan atau kita menghadapi koreksi pasar akibat penghindaran risiko, sebagaimana kita saksikan pada akhir tahun 2018."

286855
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.