EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.17/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,150.54   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 2 jam lalu, #Saham AS

Yang Ditunggu Pasar Dari FOMC The Fed Besok

Penulis

Pasar terasa was-was pekan ini menanti rapat FOMC the Fed dini hari nanti. Dengan Dolar nampak masih berbias netral dan diperdagangkan beragam, meski pasar sudah memprediksi takkan ada pengumuman kenaikan suku bunga. Jadi, apa sebenarnya yang ditunggu pasar dari the Fed besok?

Pasar terasa was-was pekan ini menanti rapat FOMC the Fed dini hari nanti. Dengan Dolar nampak masih berbias netral dan diperdagangkan beragam, meski pasar sudah memprediksi takkan ada pengumuman kenaikan suku bunga. Jadi, apa sebenarnya yang ditunggu pasar dari the Fed besok?

The Fed

 

Umpan Spekulasi

Ditilik dari perubahan Fed Funds Futures terkini, pasar tidak lagi mengharapkan the Fed akan menaikkan suku bunga dalam tahun ini, tetapi dalam tahun 2016. Pergeseran tersebut, diikuti dengan pernyataan ECB tentang kesiapannya menambah stimulus dan keputusan PBoC memotong suku bunga pekan lalu, meningkatkan pergerakan spekulatif di pasar. Ini karena pasar jadi mewanti-wanti tiga bank sentral lain yang menunjukkan indikasi bakal turut melonggarkan kebijakan, yaitu BoJ Jepang, RBA Australia, dan SNB Swiss.

Dengan banyaknya posisi spekulatif, maka pekan ini dilansir jadi riskan pergerakan tak terduga. Dalam hal ini, faktor nomor satu yang dituding berpotensi jadi pemicu adalah hasil dari rapat FOMC The Fed.

Jika pernyataan pasca FOMC hanya begitu-begitu saja (sama dengan sebelumnya), maka bisa jadi dampaknya takkan terlalu drastis. Tetapi jika ternyata sebaliknya; FOMC secara tak terduga mencabut keinginan untuk menaikkan suku bunga, atau justru mengeluarkan suara hawkish, maka pengaruhnya bisa mengejutkan. Secara teoritis, optimisme untuk menaikkan suku bunga bisa langsung memperkuat Dolar. Tetapi di sisi lain, itu juga akan menciptakan kepanikan dalam berbagai aset finansial, termasuk saham, obligasi, dan komoditas, sehingga akhir dari gejolak tersebut menjadi lebih sulit ditebak.

Tetapi, mana yang lebih mungkin terjadi, FOMC tak mengindikasikan perubahan, jadi makin dovish, atau berubah hawkish? Realitanya, lebih banyak laporan ekonomi yang memburuk dikeluarkan sebelum rapat besok dibanding dengan sebelum rapat bulan September.

 

Posisi Long Dolar AS Menurun

Berdasarkan data-data terbaru, pertumbuhan lapangan kerja melambat, pertumbuhan gaji stagnan, inflasi menurun, sedangkan sektor perumahan, jasa, dan manufaktur juga melemah. Di periode yang sama, defisit neraca dagang menggembung, sementara keyakinan konsumen dan bisnis juga tidak meyakinkan. Harga minyak yang masih lesu pun membuat outlook laju inflasi ke depan tetap suram. Di luar negeri, pemotongan suku bunga PBoC dan rambu hijau untuk stimulus tambahan yang dinyalakan ECB menambah kompleks pertimbangan yang harus diambil the Fed.

Dengan latar belakang demikian, maka tidak ada insentif bagi the Fed untuk merubah pernyataan pasca rapat-nya untuk menjadi lebih dovish maupun menjadi hawkish. Sehubungan itu, Kathy Lien dari BK Asset Management menuliskan dengan tinta tebal pada catatannya kemarin bahwa, "More US dollar traders are positioned for a nonevent than a disappointment" (Lebih banyak trader Dolar AS berada di posisi untuk kejadian yang tidak signifikan ketimbang akan munculnya kekecewaan).

Ditengok dari laporan pengukur sentimen pasar Commitment of Traders (COT) yang dirilis CFTC Amerika Serikat pun, nampak bahwa permintaan trader terhadap Dolar AS menurun.

Commitment of Traders

COT mengukur posisi long dan short netto yang dibuat oleh trader spekulatif dan komersial, sehingga menjadi salah satu sumber untuk mendeteksi ke arah mana sentimen pasar berpihak. Dan rilis terakhir dari data yang berharga ini tentang posisi-posisi trader per 20 Oktober menunjukkan posisi netto Pound, CHF, dan NZD terhadap Dolar AS telah surplus (lebih banyak posisi long daripada short), sedangkan posisi short pada Euro dan Yen pun telah berkurang secara signifikan (akumulasi data sebelum pernyataan ECB diluncurkan). Hanya AUD saja yang meningkat posisi short-nya terhadap Dolar AS.

Apalagi, perlu diingat juga bahwa ada sederetan laporan lain dari negeri Paman Sam yang dijadwalkan akan rilis pekan ini. Dua diantaranya yang berpotensi berdampak besar adalah GDP kuartal 3 pada hari Kamis dan PCE Deflator pada hari Jumat. PCE Deflator dikenal sebagai acuan inflasi dalam pertimbangan kebijakan the Fed. Dari belahan dunia berbeda pun banyak yang layak diamati; putusan suku bunga RBNZ dan BoJ, CPI Zona Euro, termasuk juga fifth plenum China.

251514

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.