EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.82/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,125.62   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 1 jam lalu, #Saham AS

EUR/USD Naik Didukung Risk Appetite, Tembus Level 1.24

Penulis

Mata uang Euro kembali mendapatkan gain hingga menembus level 1.24. EUR/USD naik diikuti oleh Yen yang penguatannya belum terlalu solid.

Pasangan mata uang EUR/USD naik hingga menembus level 1.24 di awal sesi New York hari Senin (26 Maret). Penguatan Euro diikuti oleh Yen, yang menunjukan kembalinya minat risiko setelah aksi sell-off pada hari Jumat akhir pekan lalu. Posisi Dolar terhadap Yen berada di dekat level Low 16 bulan di level 104.56. Pada pukul 20:57 WIB, USD/JPY diperdagangkan di level 105.22. Sementara itu, EUR/USD berada di level tertinggi dua setengah minggu pada level 1.2432 saat berita ini ditulis.

 

Risk Appetite Kembali, EUR/USD

 

Sebagian Investor beranggapan bahwa pernyataan Fed minggu lalu merupakan momentum bagi Greenback untuk rebound, mengingat Dolar selama setahun terakhir telah melemah versus major currencies terutama terhadap Euro dan Sterling. Namun harapan Investor tersebut tidak terwujud, seiring dengan Dolar yang kini justru mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam sebulan.

"Pernyataan Fed minggu lalu menunjukan adanya prospek yang lebih bullish untuk Dolar. Namun kami melihat ada potensi pelemahan baru bagi Dolar, sehingga hal itu menjadi indikasi aliran penyeimbang struktural (dari outlook bullish Dollar)," ucap Richard Falkenhall, Analis FX senior SEB.

Manuel Oliveri, ahli strategi forex Credit Agricole di London pun mengutarakan pernyataan bernada serupa. "Sentimen risiko tetap diwaspadai dan outlook kami terhadap Dollar tetap Bearish dengan tidak adanya perubahan yang mengejutkan pada fundamental AS, meski prospek kenaikan suku bunga (lanjutan) mendukung Greenback," ucapnya.

 

USD/JPY: Antara Risiko Perang Dagang Dan Skandal Politik Jepang

Greenback terpantau masih bertahan dekat level terendah 16 bulan versus Yen, di tengah meluasnya kekhawatiran pelaku pasar tehadap potensi perang dagang AS-China yang menekan pasar ekuitas global.

Dominasi Yen terhadap Greenback tidak sepenuhnya solid. Pasalnya, faktor lain seperti skandal politik yang saat ini sedang berlangsung di Jepang bisa menggoyang posisi JPY. Perlu diketahui bahwa, langkah ekonomi Shinzo Abe yang disebut dengan "Abenomics" telah menjadi faktor utama penyebab Yen menurun tajam versus Dolar dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya memang untuk menekan nilai Yen, agar volume ekspor Jepang bisa meningkat. Namun sayangnya, skandal terbaru ini bisa mengancam posisi Abe dan kebijakan Abenomics-nya.

"Munculnya kekhawatiran terkait potensi perang dagang AS-China dan jelang testimoni di parlemen Jepang pada hari Selasa besok (27 Maret) telah mendorong sebagian investor melepas Yen (membeli Dolar)," kata Yukio Ishizuki, Analis Forex di Daiwa Securities.

282987
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.