Seputarforex.com - Perusahaan-perusahaan di New Zealand memperkirakan adanya peningkatan laju inflasi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, ekspektasi tersebut masih masuk dalam rentang kisaran inflasi yang diperkirakan oleh Reserve Bank of New Zealand (RBNZ). Sehingga, pasar tidak mengharapkan kenaikan suku bunga RBNZ. Akan tetapi, Dolar New Zealand tetap menunjukkan penguatan terhadap Dolar AS. Itu diikarenakan Kiwi lebih merespon data ekspor China yang dilaporkan naik.
Peningkatan Ekspektasi Inflasi Masih Dalam Rentang RBNZ
Survei RBNZ terhadap sejumlah perusahaan di New Zealand menghasilkan data bahwa indeks inflasi konsumen (CPI) diekspektasikan akan mencapai 1.86 persen tahun depan, naik dari ekspektasi sebelumnya di 1.80 persen. Untuk saat ini, CPI New Zealand berada pada level 1.5 persen. Sedangkan untuk dua tahun ke depan, ekspektasi inflasi New Zealand akan naik ke 2.04 persen dari sebelumnya di 2.01 persen. Rentang inflasi yang diperkirakan oleh RBNZ berada di antara 1-3 persen.
"Ekspektasi inflasi masih berada sangat dengan target inflasi RBNZ. Oleh sebab itu, kenaikan yang terjadi akhir-akhir ini tidak akan terlalu memengaruhi pengumuman kebijakan moneter RBNZ besok. Kami memgekspektasikan RBNZ tak akan mengubah suku bunga OCR serta akan memberikan pernyataan kebijakan yang netra," kata Satish Ranchhod, ekonom senior Westpac Banking Corp dalam catatannya.
NZD/USD Menguat Karena Data Ekspor China
Menyusul laporan tersebut, Dolar New Zealand justru tampak menguat terhadap Dolar AS. Penyebabnya adalah laporan ekspor China-yang memengaruhi NZD sebagai mata uang komoditas-menunjukkan kenaikan. Ekspor China pada bulan Juli 2018 naik 12.2 persen, dari bulan sebelumnya sebanyak 11.2 persen:
NZD/USD dalam time frame hourly diperdagangkan naik dari posisi 0.6730, ke 0.6758 saat berita ini ditulis. Kenaikan ini menghapus kegagalan NZD/USD dalam mempertahankan kenaikannya di hari Selasa kemarin: