Seputarforex.com - Euro jatuh ke level rendah enam minggu di sesi perdagangan Selasa (02/Okt) hari ini, sehubungan dengan perkembangan masalah Italia. Salah seorang tokoh partai besar di negara tersebut menyinggung persoalan mata uang, yang mendorong para investor untuk menjual Euro mereka. Namun demikian, memasuki sesi Amerika, penurunan Euro mulai terbatas.
Komentar Pejabat Italia Tentang Mata Uang Domestik
Salah seorang figur partai besar di Italia, Claudio Borghi, menyatakan bahwa segala masalah yang sedang diderita Italia saat ini akan terselesaikan jika Italia kembali mengadopsi mata uang nasional Italia sendiri. Komentar itu segera memicu aksi sell-off Euro, karena pasar kini tengah sangat sensitif terhadap isu-isu yang muncul dari Italia, terutama setelah masalah anggaran negeri tersebut memicu kekhawatiran pembengkakan utang yang bisa semakin membebani Zona Euro.
PM Italia Giuseppe Conte pun berusaha menetralisir komentar Borghi, dengan mengatakan bahwa harapannya sulit terwujud karena Euro sudah "sangat mengikat".
Penurunan Euro Mulai Terbatas
Untuk beberapa saat, komentar Conte di atas gagal mencegah penurunan Euro. Mata uang single currency tersebut terus melemah terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya. Namun saat berita ini ditulis pada pukul 19:30 WIB, pasar mulai meresapi komentar PM Italia. Hal ini terbukti dengan penurunan Euro yang mulai terbatas.
EUR/USD yang sempat turun ke level rendah 1.1514, kini perlahan naik menuju level 1.1538, hampir menghapus penurunannya tadi sore. Sama seperti EUR/USD, saat berita ini ditulis, EUR/CHF sudah naik kembali menuju level 1.13483, dari sebelumnya di 1.1319.
"Kita sedang berurusan dengan perang kata-kata, dengan Euro di satu sisi dan Italia di sisi lain ... Banyak sekali kabar utama yang menimbulkan risiko," kata Valentin Marinov, Kepala Strategi FX G10 di Credit Agricole.
Marinov tidak mengekspektasikan situasi di Italia akan makin memburuk dalam jangka menengah, karena tak ada bukti yang menunjukkan bahwa pernyataan tersebut memberikan pengaruh besar pada European Central Bank (ECB). Bank sentral tersebut, menurut Marinov, akan tetap melanjutkan program penyelesaian stimulus moneternya.
