Inflasi tahunan New Zealand berakselerasi di kuartal pertama tahun ini, namun masih berada di bawah rentang target bank sentral. Hal ini berarti, Graeme Wheeler, Gubernur Bank Sentral New Zealand (RBNZ), masih mempunyai kesempatan untuk memotong suku bunga acuannya lagi.
Indeks CPI New Zealand dalam basis kuartalan menghimpun kenaikan 0.4 persen di kuartal pertama, dari satu tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut sesuai dengan perkiraan rata-rata para ekonom. Harga mengalami kenaikan 0.2 persen dari kuartal keempat, dibandingkan dengan kenaikan 0.1 persen.
Jinaknya inflasi berarti memudarkan halangan bagi Wheeler untuk memotong suku bunga OCR apabila diperlukan, setelah menguranginya ke rekor rendah 2.25 persen di bulan Maret lalu. Sebagai informasi, Bank Sentral New Zealand (RBNZ) menyatakan bahwa keputusan pemotongan suku bunga New Zealand di bulan Maret lalu ternyata sudah bocor ke wartawan sebelum rilis yang resmi diumumkan.
Para trader mempertaruhkan pemotongan suku bunga sehubungan dengan jebloknya harga minyak dan menguatnya Dolar New Zealand hingga 6.5 persen dalam tiga bulan terakhir sehingga mengancam tercapainya target harga 1-3 persen yang dipatok oleh RBNZ.
"Secara umum, perolehan pada hari ini terbilang beragam," kata Mark Smith, ekonom senior, Bank ANZ Ltd. di Auckland. "Sementara itu, data-data yang ada tentunya tidak akan mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga OCR lagi pekan depan, namun sepertinya pasar tidak memperkirakan adanya pemotongan suku bunga,"
NZD/USD Merangkak Naik
NZD/USD saat ini diperdagangkan di angka 0.6916, sudah naik dari level rendah 0.6882 yang tercapai di sesi sebelumnya setelah gagalnya kesepakatan pembekuan produksi minyak antara Arab Saudi dengan Iran di Doha. Level tersebut merupakan level tinggi yang tercapai pada tanggal 13 April lalu. Dolar New Zealand merupakan mata uang komoditas sehingga pergerakan harga minyak berpengaruh pada gerak NZD/USD.