EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.99   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 3 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 3 jam lalu, #Saham AS

Indonesia 2015: Pertumbuhan 5.6%, Bersaing Dengan AS

Penulis

Memasuki paruh kedua tahun 2014, Pemerintah kini tengah menyiapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun depan. Pada hari Jumat pekan lalu (15/8), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyampaikan keterangan pemerintah atas Rancangan UU APBN 2015 beserta Nota Keuangannya dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta.

Memasuki paruh kedua tahun 2014, Pemerintah kini tengah menyiapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun depan. Pada hari Jumat pekan lalu (15/8), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyampaikan keterangan pemerintah atas Rancangan UU APBN 2015 beserta Nota Keuangannya dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta.

Gedung DPR RI

RAPBN 2015

Pada penyampaian RAPBN 2015 tersebut, Pemerintah mengusulkan asumsi pertumbuhan ekonomi 5.6%, inflasi di kisaran 4.4%, defisit neraca transaksi berjalan pada 2.32% dari GDP, atau sebesar 257.6 triliun Rupiah, serta asumsi nilai tukar Rupiah disarankan pada 11,900 per Dollar AS. Selain itu, rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan diasumsikan pada tingkat 6.2%, dan harga minyak mentah Indonesia diperkirakan 105 dolar AS per barel. Asumsi-asumsi dasar ini akan menjadi patokan bagi pemerintah mendatang.

Selain memaparkan asumsi-asumsi dasar makro, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah yang akan datang. Beberapa tantangan tersebut diantaranya menjaga berlangsungnya pertumbuhan ekonomi, menekan laju inflasi, serta menghadapi gejolak ekonomi Dunia. Dalam hal ini, Presiden sempat menyinggung mengenai pengaruh kebijakan moneter AS terhadap Indonesia yang bisa berdampak pada nilai tukar Rupiah.

Kenaikan Suku Bunga AS

Salah satu topik yang paling banyak dibahas di kolom-kolom ekonomi tahun ini adalah kemungkinan Bank Sentral AS, The Fed, akan menaikkan suku bunganya dalam tahun 2015. Sejak awal tahun ini, The Fed telah melaksanakan normalisasi kebijakan moneter dengan mengurangi besaran stimulus moneternya secara bertahap. Stimulus tersebut kemungkinan akan habis dipangkas pada bulan Oktober 2014. Tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah menaikkan suku bunga. Ditengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, waktu pelaksanaan kenaikan suku bunga tersebut masih belum jelas. Masalahnya, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sebelum mereka yakin perekonomian AS benar-benar dalam kondisi prima.

Negara-negara dunia ketiga, khususnya the Fragile Five (Turki, Brazil, India, Afrika Selatan, dan Indonesia) saat ini tengah diujung tanduk menanti-nanti kepastian tersebut. Pasalnya, kenaikan suku bunga di AS telah diramalkan akan memperparah pelarian modal asing (capital flight) yang selama ini menopang neraca pembayaran dan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut. Memburuknya data-data ekonomi AS pekan lalu merupakan angin segar bagi mata uang negara berkembang, tetapi kondisi ini tidak diperkirakan akan berlangsung lama.

Sejumlah analis yang diwawancarai Bloomberg Jumat lalu mengatakan bahwa para investor telah bersiap-siap untuk menarik investasi mereka dari negara-negara berkembang. Alan Ruskin dari Deutsche Bank AG menyebutkan, "Bulan demi bulan berlalu, kita semakin dekat ke pengetatan kebijakan moneter (kenaikan suku bunga), kita (ibarat) mengais receh didepan mesin penggilas". Sedangkan Greg Anderson dari Bank of Montreal mengungkapkan, "Orang-orang membeli Dollar dan melarikan diri dari mata uang negara berkembang yang rapuh. Mereka khawatir ketegangan geopolitik akan meningkat tajam, mereka khawatir suku bunga AS akan dinaikkan. Kedua faktor itu bisa mengakibatkan mata uang negara berkembang untuk melemah drastis."

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.