Setelah beberapa bulan yang mengejutkan, terlihat ada tanda-tanda stabilisasi baru dalam perekonomian Jerman. PMI yang menjadi sorotan utama naik sedikit pada bulan April, mengindikasikan potensi ekspansi ekonomi di Q2. Penurunan dalam ekspor produk-produk manufaktur telah berakhir, dan jika sektor ini bisa lepas dari pelemahan permintaan yang berkelanjutan, maka ekonomi akan mulai kembali ke jalur pemulihan.
PMI Komposit Jerman pada bulan April naik sedikit dari 51.4 menjadi 52.1. Seandainya keseimbangan komposit tetap pada tingkat itu sampai Q2 berakhir, maka hal itu akan konsisten dengan pertumbuhan PDB yang sekitar 0.1%, sedikit di bawah perkiraan kami untuk ekspansi 0.2%.
Sementara itu, PMI Manufaktur naik dari 44.1 menjadi 44.5, kenaikan pertama sejak pertengahan 2018. Ekspor barang-barang manufaktur secara umum stabil di bulan April, menyusul penurunan hampir 8% yang terjadi sejak awal tahun. Tidak adanya rebound dalam indikator ini masih merupakan tanda yang meresahkan, tetapi kami tidak meyakini jika penurunan besar seperti yang terjadi pada Februari lalu akan terulang. Penurunan di luar ekspektasi dari ekspor produk manufaktur merupakan ancaman risiko terbaru untuk perekonomian Jerman.
Di Inggris, sentimen investor pada Pound juga membaik setelah penundaan Brexit, meskipun kembalinya sepak terjang anggota parlemen di minggu ini dapat mengganggu ketenangan. Volatilitas mata uang negeri ini telah jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun. Meski demikian, pertaruhan di pasar Option mengindikasikan jika market akan lebih berpihak pada Sterling setelah Perdana Menteri Theresa May memperoleh penundaan deadline Brexit selama enam bulan. Parlemen dan pasar Inggris akan kembali aktif pada hari Selasa (23/April) setelah libur Paskah. Investor akan senantiasa berhati-hati sampai rencana Brexit disepakati.
Pound telah menjadi salah satu mata uang G10 yang menunjukkan kinerja terburuk terhadap Dolar dan Euro selama sebulan terakhir. Namun, GBP tetap memperoleh gain terbesar di 2019, setelah mengawali tahun ini dengan penguatan yang ditopang oleh sentimen positif atas kesepakatan Brexit. Saat ini, May masih dalam tahap pembicaraan dengan pihak oposisi, seiring dengan upayanya menggaet dukungan atas draft Brexit di Majelis Rendah yang kini tengah terpecah.
Indikator sentimen dan penentuan posisi di pasar Option telah memperlihatkan perubahan signifikan untuk Pound dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menandakan suasana pasar yang mulai seimbang. Faktanya, pengukuran yang diambil dalam periode tiga bulanan itu telah melonjak dan mengarah ke sentimen bearish terendah untuk Pound sejak Juli lalu. Jikapun ada pergerakan, biasanya berasal dari penghapusan posisi Short. Dari sini, Sterling perlu mengandalkan kekuatan domestiknya sendiri agar bisa memberikan keyakinan lebih lanjut untuk para buyer.
Pasca Pilpres, Rupiah Terlihat Sedikit Menguat
Hasil Pilpres memang masih belum jelas karena masih menunggu pengumuman dari KPU yang direncanakan digelar pada tanggal 22 Mei 2019. Akan tetapi, melihat dari beberapa Lembaga survei yang mulai menunjukkan hasilnya, maka ada kemungkinan berlanjutnya kebijakan ekonomi dari pemerintah sebelumnya. Pasar melihat hal ini sebagai faktor pendukung Rupiah. Di sisi lain, Dolar AS kemungkinan hanya begerak flat di minggu ini.
Prediksi kami, IDR akan minim pergerakan tapi cenderung menguat menuju area Rp13.990-14.030/USD.
Sumber: Bloomberg
Instrumen Trading Pilihan Kami
EUR/USD
Pair ini kemungkinan naik menuju 1.1285 karena terdorong oleh rebound teknikal.
Indeks Hang Seng
Indeks saham ini berpotensi melaju hingga ke level 30145, didukung oleh sentimen bullish di pasar Shanghai yang turut mempengaruhi saham-saham Hong Kong.
AUD/USD
Dolar Australia berpeluang naik menuju 0.7230 seiring dengan sentimen risiko global yang relatif kalem.
XAU/USD
Untuk harga emas, ada kemungkinan penguatan menuju 1290 di minggu ini, setelah mengalami kemorosotan signifikan di sepanjang pekan lalu.
Franky Nangoy
Market Strategist - Fullerton Markets
Dengan lebih dari 15 tahun pengalaman profesional dalam forex, Franky telah mengambil berbagai peran di industri ini. Ia menjadi konsultan dan analis untuk broker lokal dan internasional, dan saat ini memegang peranan sebagai Market Strategist di Fullerton Research, dimana ia bertanggung jawab mempersiapkan materi pembelajaran secara rutin, seperti Weekly Market Research dan webinar secara langsung untuk Audience global. Kelebihannya terletak pada analisis pasar Indonesia.
Pada tahun 2018, Franky menyelesaikan serangkaian Roadshow di 11 kota di seluruh Indonesia, menjangkau para trader, baik yang pemula maupun berpengalaman dengan wawasan dan kebijaksanaan terkait forex.