EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.99   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 3 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 3 jam lalu, #Saham AS

BoE: Perbankan Inggris Siap Hadapi No-Deal Brexit Dan Perang Dagang

Penulis

Bank sentral Inggris (BoE) mengklaim bahwa perbankan Inggris cukup tangguh untuk menghadapi kemungkinan shock ganda akibat perang dagang dan No-Deal Brexit.

Dalam laporan mengenai kondisi sektor keuangan Inggris yang dirilis hari ini (11/Juli), Bank of England (BoE) mengungkapkan bahwa kemungkinan terjadinya No-Deal Brexit telah meningkat sejak awal tahun ini. Risiko dampak perang dagang juga semakin meninggi. Namun, walaupun gejolak yang menganggu perekonomian Inggris tetap bisa timbul, perusahaan-perusahaan Inggris dan pihak berwenang telah lebih siap untuk menghadapinya.

Bank of England - Bank Sentral Inggris

"Langkah-langkah oleh perusahaan-perusahaan dan otoritas sejak November telah menghasilkan sejumlah perbaikan dalam persiapan ekonomi Inggris menghadapi No-Deal Brexit. Walapun, risiko gangguan ekonomi nyata masih tersisa," demikian diungkapkan oleh Komite Kebijakan Finansial BoE dalam laporannya. Pernyataan ini sehubungan dengan peringatan BoE pada November 2018 yang menyatakan bahwa skenario terburuk No-Deal Brexit bisa menimbulkan resesi paling parah sejak Perang Dunia II.

Sebagaimana sejumlah bank sentral mayor lain, BoE juga mengingatkan adanya eskalasi risiko perang dagang yang mengancam outlook ekonomi global sejak paruh pertama tahun ini. Namun, mereka menilai kalau sistem keuangan Inggris tetap tangguh untuk menghadapi skenario terburuk sekalipun.

Laporan tersebut memaparkan, "Bahkan meski (seandainya) sebuah perlambatan ekonomi global yang diakibatkan oleh proteksionisme merembet ke Inggris pada saat yang bersamaan dengan skenario terburuk brexit yang kacau, Komite Kebijakan Finansial menilai bahwa inti sistem perbankan Inggris akan tetap kuat untuk menyerap shock ekonomi yang terjadi, bukannya memperbesar."

Bank-bank terbesar Inggris sekarang memiliki dana sebesar 1 Triliun Pounds dalam bentuk aset likuid. Jumlah tersebut dinilai memadai untuk mempertahankan stabilitas perekonomian hingga 3 bulan, seandainya Inggris tak dapat mengakses pasar keuangan internasional untuk sementara waktu pasca No-Deal Brexit.

Terlepas dari itu, Gubernur BoE Mark Carney tetap memberi peringatan keras mengenai bahaya brexit, dalam pidato yang disampaikannya seusai rilis laporan stabilitas keuangan. Katanya, brexit adalah satu-satunya penentu outlook ekonomi Inggris. Risiko materiil masih tetap ada meski semua pihak memang sudah lebih siap. Ia juga mewanti-wanti kemungkinan terjadinya gangguan dalam koneksi finansial lintas batas yang bisa merugikan perusahaan-perusahaan Uni Eropa, jika regulator UE tak menanggulanginya.

289196
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.