Presiden The Fed untuk wilayah St. Louis, James Bullard, mengatakan bahwa kebijakan moneter luar biasa yang diterapkan oleh The Fed telah cukup efektif. Kendati demikian, Bullard tak menyangkal bahwa kebijakan pelonggaran kuantitatif memang tak optimal dan menyebabkan ketidakpastian volatilitas global.
Negara-negara berkembang-lah yang paling merasakan dampak dari kebijakan ini. Pada pertengahan Juni 2013 lalu saat Presiden The Fed, Bernanke, menyatakan bahwa pelonggaran kuantitatif luar biasa akan dikurangi (tapering), ekonomi negara berkembang pun terguncang.
Dalam presentasinya di Hong Kong pada hari Kamis ini, Bullard mengemukakan bahwa kebijakan pelonggaran kuantitatif masif yang diterapkan oleh The Fed, sejatinya cukup efektif meskipun pada akhirnya harus disesuaikan kembali. Kebijakan tapering pun sebetulnya hanya sebagai upaya ekuilibrium makroekonomi saja.
Dalam kaitannya pada volatilitas global, Bullard menjelaskan bahwa setiap kebijakan bank sentral manapun, pasti akan memiliki efek samping. Namun, tugas utama mereka adalah mengutamakan dan mencari kebijakan yang paling sesuai bagi negara mereka sendiri terlebih dahulu. Apabila negara lain yang merasa dirugikan, maka masalah tersebut dapat diselesaikan melalui koordinasi internasional. Di akhir slidenya, Bullard pun menyimpulkan bahwa kebijakan apapun yang diambil oleh The Fed tentunya akan efektif meskipun diakui, mengundang banyak perdebatan.