EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,337.93/oz   |   Silver 27.49/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,155.78   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   Data inflasi Eropa mulai menimbulkan pertanyaan mengenai pelonggaran ECB di bulan Juni, 26 menit lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/USD perlu menembus level 1.0750 untuk lanjutkan pemulihan, 28 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Wunsch, ECB: Penurunan suku bunga di Juli tidak pasti, 29 menit lalu, #Forex Fundamental   |   XAU/USD lanjutkan kenaikan efek berlanjutnya konflik timur tengah, 29 menit lalu, #Emas Fundamental   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 7 jam lalu, #Saham AS

China Sahkan UU Kontroversial Untuk Hong Kong, Dolar Tegang

Penulis

Hong Kong kini menjadi fokus investor dan trader seluruh dunia. Dolar AS terkoreksi sementara pasar menunggu respons Trump terhadap manuver terbaru China.

Seputarforex - Indeks Dolar AS merosot empat hari beruntun akibat bauran berbagai faktor. Pada awal sesi Eropa hari ini (29/Mei), Greenback terpuruk pada kisaran 98.20-an, rekor terendah sejak akhir Maret lalu. Dolar AS terpantau melemah terhadap hampir semua mata uang mayor, kecuali Poundsterling yang dijegal kabar tidak sedap dari meja perundingan dagang Inggris-Uni Eropa.

DXY Daily

Pada hari Kamis, parlemen China akhirnya mengesahkan legislasi keamanan nasional untuk Hong Kong. Banyak pihak menilai legislasi tersebut bakal membungkam massa pro-demokrasi di Hong Kong. AS, Australia, Inggris, dan Kanada kompak mengecam Beijing atas legislasi tersebut. Di sisi lain, pelaku pasar khawatir kalau peluncuran legislasi ini bakal membuat AS menjatuhkan sanksi atas China atau mencabut perlakuan khusus yang selama ini diperoleh Hong Kong.

 

Hubungan Istimewa AS-Hong Kong

Berdasarkan UU Relasi AS-Hong Kong 1992, Amerika Serikat memperlakukan Hong Kong secara terpisah dengan China daratan dalam hal perdagangan dan keuangan. UU ini memungkinkan interaksi AS-Hong Kong pra-peralihan kekuasaan Hong Kong dari tangan Inggris ke China tetap dipertahankan hingga setelah tahun 1997. Hong Kong pun menjadi salah satu destinasi ekspor terbesar AS dengan bea impor nol, sekaligus mencuat sebagai salah satu pusat keuangan utama dunia dan pintu masuk investasi asing ke China. Namun, relevansi UU tersebut kini dipertanyakan.

Awal pekan ini, US Secretary of State Mike Pompeo menyatakan bahwa Hong Kong sudah kehilangan status otonomi dari China. Padahal, Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa apabila Hong Kong tidak lagi otonomi dari China, maka perlakukan istimewa berdasarkan UU Relasi AS-Hong Kong 1992 bisa jadi akan dicabut.

Konsekuensi dari langkah semacam itu berpotensi eksplosif bagi pasar keuangan global maupun perekonomian Hong Kong. Saat ini, sekitar 1400 perusahaan AS memiliki operasional di Hong Kong. Perdagangan bilateral mencapai nilai total nyaris 67 miliar Dolar AS pada tahun 2018. Sementara itu, hampir semua perusahaan keuangan multinasional Amerika Serikat memiliki kantor dan mengelola aset senilai miliaran Dolar AS di Hong Kong.

 

Tunggu Pengumuman Trump

Presiden Donald Trump telah menyatakan akan mengumumkan respons AS terhadap langkah China dalam hari Jumat ini. Konsekuensinya, pelaku pasar kini terjebak dalam ketidakpastian baru. Selain pencabutan status istimewa Hong Kong, investor juga mewanti-wanti beragam manuver riskan lain yang mungkin diambil oleh AS. Respons apa pun dari Washington yang bersifat kontra, berpotensi memancing tindakan balasan dari Beijing.

"Saat ini, harapan untuk pemulihan ekonomi (dari dampak pandemi COVID-19) itu kuat, tetapi saya mengira ini secara bertahap memudar menjadi kenaikan kekhawatiran tentang hubungan AS-China," kata Minori Uchida dari MUFG Bank, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Ketika hal itu terjadi, akan ada lebih banyak perdagangan risk-off yang mendukung pembelian Dolar dan Yen."

Download Seputarforex App

292998
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.


Anne S.p.
China gak henti-hentinya caper efeknya berpengaruh ke seluruh dunia. Corona belum selesai sekarang bikin uu kontroversial pula, mbok yo sekali-kali mager biar damai hidup ane