Harga emas bergerak datar melemah di hari Senin (03/08) siang ini sementara tembaga memetik perolehan setelah PMI China final untuk bulan Juli dilaporkan lebih lemah daripada ekspektasi. PMI Caixin/Markit Manufaktur China final untuk bulan Juli, jeblok ke angka 47.8, cukup jauh di bawah data PMI Pendahuluannya yang menyebutkan angka 48.3. Emas untuk pengiriman Agustus di Comex, jeblok hingga 0.12 persen ke harga 1,093.90 per troy ons.
Para pelaku pasar mengamati data PMI tersebut di tengah keprihatinan atas penurunan drastis di pasar saham China. Mereka khawatir, kondisi tersebut akan menyebar ke sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga memicu ketakutan akan merosotnya permintaan logam dari Negeri Tiongkok ini. Selain menjadi negara konsumen emas nomor dua dunia, China adalah negara konsumen tembaga terbesar dunia, yang mana tingkat konsumsinya mencapai hampir 40 persen tahun lalu.
Terendah Sejak 2013
Pekan lalu, harga emas meroket akibat melemahnya Dolar oleh lemahnya data pertumbuhan upah AS. Meski demikian, perolehan emas itu masih merupakan performa yang terburuk dalam lebih dari dua tahun terakhir di bulan Juli. Masih terpicunya ekspekatsi kenaikan suku bunga AS menjadi penahan laju kenaikan harga emas. Pada Juli kemarin, total kemerosotan harga emas mencapai 6.72 persen atau setara dengan harga $79.75, kemerosotan mingguan terbesar sejak bulan Juni tahun 2013.
Sementara itu, harga emas spot pagi tadi turun 0.1 persen ke posisi $1,093.90 per ons setelah terjerumus hingga $1.079.50 pada hari Jumat namun melambung kembali ke $1,097.44 setelahnya. Harga bulion spot menurun hampir 7 persen pada bulan Juli, kemerosotan bulanan yang tercuram sejak Juni 2013. Menurut Barnabas Gan, isu kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat untuk menekan harga emas di tren bearish, dan data NFP AS esok Jumat, diperkirakan dapat memberikan tekanan yang lebih dalam pada emas.