EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,062.02   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

EUR/USD Babak Belur Gegara COVID-19 Dan Dokumen FinCEN

Penulis

Beragam faktor menekan nilai tukar euro, antara lain lonjakan kasus COVID-19 dan terungkapnya keterlibatan perbankan kawakan Jerman dalam skandal pencucian uang.

Seputarforex - Euro melanjutkan kejatuhan yang telah berlangsung sejak akhir sesi Eropa kemarin. Saat berita ditulis (22/September), EUR/USD terpuruk pada kisaran 1.1730-an. Sebaliknya, USD melejit lantaran perannya sebagai aset salah satu safe haven paling likuid. Beragam faktor menekan nilai tukar Single Currency, antara lain lonjakan kasus infeksi virus Corona (COVID-19) di benua Eropa dan terungkapnya keterlibatan perbankan kawakan Jerman dalam skandal pencucian uang senilai lebih dari USD2 Triliun.

EURUSD DailyGrafik EUR/USD Daily via Tradingview.com

Buzzfeed News kemarin merilis hasil investigasi mengejutkan yang mengungkap keterlibatan perusahaan-perusahaan perbankan ternama dunia dalam pencucian dana tindak kriminal, terorisme, dan korupsi. Dokumen yang terungkap dalam hasil investigasi ini merupakan bagian dari arsip milik Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) -sebuah agensi khusus di bawah Departemen Keuangan AS yang bertanggung jawab menangani kejahatan keuangan-, sehingga muncul pula dugaan otoritas AS sengaja mengabaikan ulah perbankan nakal selama bertahun-tahun.

Dokumen FinCEN menunjukkan lima bank terbesar, yakni JPMorgan, Standard Chartered, Deutsche Bank, Barclays, dan BNY Mellon terlibat dalam penanganan "uang haram" senilai sekitar USD2 Triliun bersama banyak bank berskala lebih kecil lain antara tahun 1997-2017. Deutsche Bank, perbankan terbesar Jerman, tercatat menangani lebih dari setengahnya atau tepatnya sekitar USD1.3 Triliun. Lebih buruk lagi, JPMorgan bersama HSBC dan Deutsche Bank terus melanjutkan praktik pencucian uang meski sudah tertangkap basah.

Menyusul rilis dokumen FinCEN dan kabar lonjakan kasus COVID-19, ekuitas Eropa rontok. Saham Deutsche Bank secara khusus dibuka anjlok signifikan, diikuti dengan kemerosotan indeks perbankan Stoxx 600 hingga nyaris 5 persen. Saham perbankan Eropa yang melantai di Wall Street pun mengalami kejatuhan drastis.

Pelaku pasar mewanti-wanti potensi akan dikeluarkannya peraturan perbankan yang lebih ketat dan atau sanksi terhadap bank-bank yang terlibat dalam skandal ini. Padahal, sebagian besar perbankan Eropa belum benar-benar pulih dari krisis keuangan 2008. Perbankan di kawasan ini juga terus bergelut dengan rezim suku bunga negatif.

Download Seputarforex App

294272
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.