EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,105.08   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 4 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 4 jam lalu, #Saham AS

PMI Manufaktur China Tumbuh Di Bawah Ekspektasi

Penulis

Manufaktur China selama bulan April mengalami ekspansi, tapi masih di bawah ekspektasi pasar. Perdebatan tentang perlunya kelanjutan stimulus pun merebak.

Aktivitas pabrik di China secara umum mengalami ekspansi pada bulan April, tetapi dalam laju yang lebih lambat dari ekspektasi pasar maupun angka bulan sebelumnya. Data PMI Manufaktur yang dirilis oleh Departemen Statistik China pada hari Selasa (30/April) menunjukkan angka indeks berada di 50.1, lebih rendah dari level 50.5 pada bulan Maret.

PMI Manufaktur China April 2019

Perlambatan serupa juga terjadi pada sektor Manufaktur di tingkat Usaha Kecil Menengah (UKM), sebagaimana terlihat pada data PMI Manufaktur Caixin yang berekspansi di level 50.2 saja, lebih rendah dari ekspektasi kenaikan menjadi 50.9 dari level bulan sebelumnya yang 50.8.

Sub-indeks pesanan ekspor yang merupakan salah satu komponen dalam perhitungan PMI Manufaktur, belum menunjukkan tren perbaikan yang signifikan. Data ini menyusut selama 11 bulan berturut-turut karena terimbas perang dagang dengan AS dan permintaan yang menurun dari negara-negara kawasan Asia lainnya.

Akan tetapi, optimisme bahwa China dan AS yang akan mencapai kesepakatan dalam beberapa minggu mendatang setidaknya telah mengurangi kekhwatiran di kalangan eksportir China. Apabila kedua negara berhasil mengakhiri perang tarif, maka hal ini setidaknya diyakini akan membantu pemulihan aktivitas ekonomi China yang mendapat pukulan telak sejak tahun lalu.

 

Pemulihan Ekonomi China Belum Stabil

Beberapa analis telah memperkirakan perlambatan PMI Manufaktur China, dan memandang bahwa pemulihan di bulan Maret hanya akan berlangsung sementara. Beberapa produsen diyakini sengaja menimbun persedian selama bulan Maret untuk mengambil keuntungan, menyusul pengumuman pemotongan pajak oleh Beijing pada tanggal 1 April lalu.

Situasi tersebut menegaskan kembali bahwa perekonomian China saat ini masih berjuang pulih meski sudah mendapat dukungan stimulus dari pemerintah. Aktivitas manufaktur yang lemah dan bersamaan dengan pertumbuhan kontruksi yang goyah, telah memicu perdebatan tentang seberapa banyak lagi stimulus yang diperlukan untuk mendorong pemulihan secara berkelanjutan.

288318
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.