Poundsterling kembali merayap naik ke kisaran $1.43, memantul dari level rendah beberapa tahunnya yang tersentuh sejak akhir tahun 2015 lalu. Sterling menemukan support dari sentimen risiko di hari Senin (18/01) sore ini, yang membantu mata uang-mata uang berimbal hasil tinggi seperti mata uang Inggris tersebut untuk lepas landas dari level rendahnya.
Walaupun Poundsterling diperdagangkan naik 0.30 persen ke level tinggi hariannya tepatnya di atas angka $1.4300 di pembukaan sesi perdagangan Eropa hari ini, GBP/USD terbilang belum jauh dari level terendahnya sejjak tahun 2009. Selama sesi perdagangan malam tadi, Poundsterling terus meluncur turun hingga ke angka $1.4248, level terendahnya sejak tahun 2010, sedangkan menurut para analis, apabila mata uang tersebut tembus di bawah angka $1.4230, angka tersebut menyentuh level terendahnya dalam tujuh tahun terakhir.
Tak Ada Data Penting Pekan Ini
Baik dari Inggris sendiri maupun dari AS, hari ini tidak ada data penting yang dijadwalkan akan rilis, sehingga Cable secara umum akan diarahkan oleh sentimen pasar. China dan harga minyak, sekali lagi masih menjadi pusat perhatian para pelaku pasar minggu ini.
Sentimen risiko terbangun pasca pengumuman kebijakan PBoC pekan lalu, dimana bank sentral China itu mengatakan untuk mengimplementasikan peraturan baru Reserve Requirement Ratio (RRR) terhadap Yuan offshore dengan tujuan untuk menghindari spekulasi lebih jauh tentang depresiasi Yuan. Selain itu, besok China akan mengumumkan angka GDP-nya sehingga negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut masih belum akan luput dari perhatian para trader.
Sementara itu, harga minyak yang masih loyo mau tak mau juga mempengaruhi Sterling mengingat Inggris yang masih harus bergelut untuk menaikkan inflasinya. Kemungkinan masih akan turunnya harga energi dalam tahun 2016 ini tentu akan mendukung recovery pengeluaran konsumen seperti yang terjadi tahun lalu dimana disposable income (pendapatan bersih setelah pajak) naik dan tingkat kenaikan upah yang lebih tinggi dari inflasi. Harga Brent di bursa Intercontinental Exchange (ICE) melemah 1 persen ke 28.65 Dolar AS per barel setelah pekan lalu ditutup pada USD 28.94.