Steling naik terhadap dolar AS pada hari Selasa sore ini (12/04) setelah dirilisnya data inflasi Inggris yang lebih tinggi dari yang telah diperkirakan sebelumnya. Badan Statistik Inggris (ONS) baru saja merilis data inflasi Inggris untuk bulan Maret. Data menunjukkan bahwa CPI naik sebesar 0.5 persen, di atas perkiraan yang naik sebesar 0.4 persen dan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan sebesar 0.3 persen pada bulan Februari lalu.
Disamping itu, CPI inti (core CPI) yang tidak termasuk harga makanan, energi, alkohol, dan tembakau naik sebesar 1.5 persen, juga melebihi ekspektasi yang hanya memprediksi adanya kenaikan 1,3 persen. Pada bulan Feberuari, CPI inti Inggris juga tercatat naik sebesar 1.2 persen. Data dari Badan Statistik Inggris juga menunjukkan bahwa indeks harga perumahan naik 7.6 persen pada bulan Maret, di bawah prediksi yang memperkirakan adanya kenaikan sebesar 8.1 persen.
Sterling Menanjak
Sterling menanjak sekitar 20 pips dan pair GBP/USD terpantau cukup tinggi, diperdagangkan pada level harga 1.43 dolar AS. Kenaikan inflasi yang di atas perkiraan dalam kuartal pertama tahun ini bisa jadi akan menghidupkan kembali pandangan hawkish dari beberapa pembuat kebijakan BoE yang menjadi anggota MPC.
Selain itu, dari sisi Dolar AS sebagai rival Poundsterling, Presiden the Fed San Francisco yang juga memiliki suara di FOMC, John Williams, dijadwalkan akan memberikan pidatonya di San Francisco dan dua pejabat The Fed lainnya, Patrick Harker dan Jeffrey Lacker -yang tidak memiliki jatah suara di FOMC- juga akan berpidato, sehingga volatilitas bisa jadi tinggi setelah adanya pidato dari tiga orang tersebut.
Menurut Lloyds Bank, GBP/USD diperkirakan stabil dalam waktu dekat, dengan support jangka panjang di level antara 1.38 dan 1.35. Sementara itu, dengan ketidakpastian pada bulan berikutnya, GBP/USD kemungkinan akan reli kembali pada level harga sekitar 1.47 sebelum akhir tahun 2016.