Seputarforex.com - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat jatuh ke teritori negatif untuk pertama kalinya sejak 2014. Pada hari Rabu (29/April) malam ini, The U.S. Bureau of Economic Analysis (BEA) melaporkan bahwa Advanced GDP untuk kuartal pertama 2020 anjlok ke -4.8 persen. Hasil tersebut lebih buruk daripada estimasi penurunan ke -4.0 persen saja.
Data itu otomatis menghentikan periode ekspansi terpanjang GDP AS sepanjang sejarah, sekaligus menjadi kontraksi terparah sejak kuartal akhir 2008. Pandemi virus Corona yang melanda dunia (termasuk AS secara khusus) sejak bulan Maret, telah memporak-porandakan produktivitas industri dan melemahkan belanja konsumen.
"Penurunan dalam GDP AS kuartal pertama ini, secara khusus, merupakan tanggapan atas penyebaran COVID-19 yang membuat pemerintah menggalakkan kebijakan 'di rumah saja' pada bulan Maret," tulis BEA menyertai laporan tersebut.
"Hal ini menyebabkan perubahan permintaan yang cepat, karena berbagai perusahaan, kantor, dan sekolah mengubah mekanismenya menjadi kerja jarak jauh atau bahkan membatalkan operasi mereka. Para konsumen pun membatalkan, membatasi, atau mengubah rencana belanja mereka."
Dolar AS Tertekan, Ada Pengaruh Dari Faktor Lain
Menyusul laporan GDP AS yang di bawah ekspektasi, Dolar AS menjadi kian tak berkutik di level rendah. Indeks Dolar (DXY) melanjutkan trend bearish dengan turun 0.21 persen ke 99.75 saat berita ini ditulis. Sementara itu, USD/JPY turun 0.16 persen ke 106.68, menuju level terendah yang terbentuk sejak tanggal 17 Maret.
Adapun faktor lain yang turut menekan Dolar AS hari ini adalah penantian para investor akan pengumuman suku bunga The Fed pada Kamis dini hari nanti. Selain itu, saham-saham pun menguat setelah bertambahnya optimisme Gilead Sciences akan penemuan obat Corona. Para investor mulai berani membeli aset berisiko dan menjual Dolar yang selama ini difungsikan sebagai alternatif safe-haven.
"Kita sedang menyaksikan basa-basi tentang pembukaan kembali aktivitas ekonomi di seluruh dunia. Sehingga, muncul sugesti bahwa pembukaan ekonomi global dapat terjadi lebih cepat," kata Joe Manimbo, analis Westerm Business Solution. "Hal ini menjadi positif bagi (aset) minat risiko dan negatif bagi aset safe-haven."