iklan |
iklan |
Seputarforex - Dolar New Zealand terlonjak drastis sampai kisaran tertinggi sebulan versus dolar AS pada level 0.7105 tadi pagi (18/Oktober), menyusul rilis data inflasi New Zealand yang jauh melampaui ekspektasi pasar. Namun, posisinya surut kembali ke kisaran 0.7050-an saat berita ditulis pada awal sesi Eropa.
Grafik NZD/USD Daily via Tradingview.com
Badan Statistik New Zealand melaporkan bahwa inflasi konsumen meningkat 2.2 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal III/2021. Padahal, laju inflasi pada kuartal Juni hanya sebesar 1.3 persen dan pelaku pasar cuma memperkirakan kenaikan inflasi sebesar 1.4 persen pada kuartal September. Rekor 2.2 persen merupakan kenaikan inflasi kuartalan tertinggi sejak era 1980-an, jika tidak memperhitungkan lonjakan inflasi akibat peningkatan pajak pada tahun 2010.
Laju inflasi tahunan juga melambung sampai 4.9 persen pada kuartal III/2021. Padahal, pelaku pasar sebelumnya hanya memperkirakan kenaikan sampai 4.1 persen.
Data-data ini menjamin bank sentral New Zealand (RBNZ) akan menaikkan suku bunga lagi dalam waktu dekat. Pada awal bulan ini, RBNZ telah mengumumkan kenaikan suku bunga pertama kalinya dalam tujuh tahun demi menjaga laju inflasi pada kisaran target 1-3 persen dan "mendinginkan" pasar properti. Lonjakan lanjutan dalam data inflasi mengindikasikan bahwa kebijakan tersebut belum cukup memadai.
"Kami telah memperkirakan RBNZ untuk menaikkan (suku bunga) pada dua rapat berikutnya, dan hasil (data inflasi) ini akan menjaga mereka dalam jalur ke sana," kata Ben Jarman, Kepala Ekonom Australia dan New Zealand di JPMorgan.
Terlepas dari katalis positif tersebut, NZD/USD hanya menanjak sejenak. Sejumlah faktor membatasi reli bullish-nya dalam jangka pendek, termasuk data GDP China yang mengecewakan dan ketangguhan apresiasi USD. Ada pula ketidakpastian tentang seberapa jauh RBNZ akan "berani" melangkah pada pengumuman kenaikan suku bunga berikutnya.
"Untuk pasar suku bunga, ini bukan tentang apa yang akan dilakukan RBNZ selanjutnya –yang sudah cukup jelas– dan lebih tentang seberapa banyak (kenaikan suku bunga) yang mungkin perlu mereka lakukan di masa depan," kata Sharon Zollner, Kepala Ekonom Australia dan New Zealand di ANZ, dalam sebuah catatan yang dilansir oleh Reuters.