Penurunan drastis yang dicetak Poundsterling tampak terhenti. Mata uang Inggris tersebut tampak bergeming saja menghadapi Dolar AS dan mengambang di level rendah pada hari Kamis (25/02) sore ini sebelum rilis data GDP Inggris.
GBP/USD tak banyak bergerak menghadapi Dolar AS setelah jeblok 3.3 persen dalam tiga hari terakhir, kemerosotan terbesar sejak Juni 2009, dengan anteng di level 1.3924 dalam dua sesi perdagangan hari ini. Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Inggris dilaporkan meningkat 0.5 persen pada kuartal empat 2015, dari 0.4 persen di kuartal sebelumnya serta menurut analisa para ekonom.
Mata uang Inggris terus tertekan melemah tahun ini di tengah perhatian masyarakat akan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yang berpotensi menghambat perdagangan dan menyurutkan investasi asing ke negara pimpinan David Cameron tersebut. Referendum untuk menentukan keluarnya Inggris dari UE (Brexit) dijadwalkan akan digelar pada 23 Juni mendatang.
BoE Siap
Meski demikian, Jon Cunliffe, yang merupakan salah satu Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) menuturkan bahwa pihaknya menyadari adanya risiko yang ditimbulkan dari fenomena inii dan BoE siap untuk mengambil tindakan apapun yang diperlukan.
Pernyataan Cunliffe ini senada dengan Deputi Gubernur BoE lainnya: Andrew Bailey. Bailey mengatakan bahwa masalah-masalah yang akan muncul di awal dapat ditangani melalui perencanaan terpadu selain juga mengambil keputusan-keputusan bijak yang dapat memengaruhi ekonomi makro dan menghindarkan pasar finansial dari kejatuhan.
Sementara itu, EUR/GBP menduduki angka 0.7914 dengan Sterling yang berlum bergeming dari level rendah 14 bulan terhadap Euro. Sedangkan GBP/JPY berada pada kisaran 156.08 setelah jatuh ke angka 154.7 kemarin.