Statistik NFP AS (Non Farm Payrolls) minggu lalu melonjak ke angka 288.000, jauh diatas prediksi analis dan statistik yang sama bulan lalu. Berdasarkan tradisi, peningkatan NFP AS biasanya diiringi penguatan USD di pasar forex. Uniknya, walaupun sempat menguat, tetapi USD kembali ke level rendah sebelum rilis data NFP. Padahal, disamping data NFP AS yang melesat tinggi, pengangguran juga turun hingga 0,4% menjadi 6,3% di bulan April 2014.
Partisipasi Tenaga Kerja Merosot, Gaji Flat
Data NFP AS mengkompilasi jumlah tenaga kerja di AS diluar karyawan pemerintah, rumah tangga, organisasi nonprofit, dan sektor pertanian. Secara keseluruhan, NFP AS mencakup 80% tenaga kerja yang bekerja memproduksi GDP Amerika Serikat. Naik turunnya Data NFP AS yang diterbitkan bulanan, dipandang mengekspresikan perkembangan ekonomi AS terkini serta menjadi bahan pengambilan kebijakan oleh pemerintahnya. Inilah sebabnya mengapa laporan US Bureau of Labor Statistics ini sangat dinantikan oleh pelaku pasar keuangan.
Namun Data NFP AS tidak hanya berisi data NFP saja. Statistik NFP merupakan bagian dari Ringkasan Situasi Ketenagakerjaan (Employment Situation Summary) yang juga merangkum detail ketenagakerjaan lain seperti tenaga kerja per sektor, jam kerja, gaji rata-rata per jam, dan lain sebagainya.
Ringkasan Situasi Ketenagakerjaan AS kemarin dibuka dengan statemen sensasional. Betapa tidak, angka NFP dan tingkat pengangguran tercatat pulih seperti masa sebelum krisis 2008! Tetapi semakin dalam kita menelaah isinya, maka semakin banyak kelemahan dalam pasar tenaga kerja AS yang muncul. Tercatat 806.000 orang drop out dari angkatan kerja AS di bulan April saja, padahal bulan Maret sebelumnya jumlah angkatan kerja meningkat 503.000. Tingkat partisipasi tenaga kerja (labor force participation rate) pun merosot ke 62,8%. Rasio tenaga kerja dibanding populasi (employment-population ratio) tak menunjukkan perubahan signifikan. Jumlah orang yang terpaksa bekerja paruh waktu karena tak bisa mendapatkan pekerjaan full time juga bergeming. Lebih mencolok lagi, pendapatan rata-rata per jam (average hourly earnings) untuk semua sektor swasta di NFP sama sekali tak berubah.
Singkatnya, walau ketenagakerjaan AS sepintas nampak solid, tetapi sebenarnya belum ada kemajuan berarti di pasar tenaga kerja. Pada titik ini, tidak ada keraguan lagi bahwa tapering stimulus tidak mengganggu perekonomian AS. Namun, The Fed mungkin akan melihat data bulan Mei untuk lebih yakin akan perbaikan pasar tenaga kerja dan kemampuan ekonomi AS dalam menghadapi tantangan kedepan, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga.
Yield Obligasi AS Merosot
Reuters kemarin (4/5) melansir, faktor lain yang memerosotkan dollar AS adalah jatuhnya yield obligasi AS (US Treasury), khususnya obligasi jangka panjangnya. Bunga acuan yield obligasi turun ke level terendah dalam tiga bulan menjadi 2,57% dari sebelumnya 2,59%. Mengingat bahwa ini terjadi setelah Data NFP AS meningkat, maka ini mensinyalkan USD akan mengalami kesulitan untuk bangkit dalam minggu ini. Jika NFP saja tak mampu memulihkan USD, data apa lagi yang bisa!? Sebagaimana David Rodriguez dari DailyFX menuliskan, "Pasar yang tidak reli padahal data bagus, bisa jadi memang tidak bullish".
Janet Yellen Pada Dasarnya Dovish
Ketika sekitar sebulan yang lalu Gubernur The Fed, Janet Yellen, 'nyeletuk' mengatakan "suku bunga mungkin akan dinaikkan enam bulan setelah tapering berakhir", ia telah menggeser fundamental utama pergerakan USD dari tapering dan perkembangan ekonomi AS (termasuk NFP) ke spekulasi kenaikan suku bunga. Akibatnya, pasar lebih cermat dalam mendalami detail laporan ketenagakerjaan, serta membuka telinga lebar-lebar ketika pejabat the Fed berbicara.
Oleh karena itu, meski ada beberapa data penting terkait Greenback akan rilis minggu ini, namun pusat perhatian pasar adalah testimoni Yellen pukul 21.00 WIB hari Rabu besok.
Akan tetapi, setelah empat bulan menjabat, pasar sudah hafal kebiasaan Yellen yang konsisten menjalankan tapering, namun enggan memberi kejelasan tentang kenaikan suku bunga dengan menggunakan data ketenagakerjaan sebagai alasan. Kathy Lien dari BK Asset Management menduga testimoni Yellen besok akan mengesampingkan turunnya tingkat pengangguran dengan mengatakan bahwa tapering tidak sama dengan pengetatan kebijakan. Apalagi, lanjutnya, penurunan partisipasi tenaga kerja dan nol-nya pertumbuhan gaji justru memberikan alasan bagi The Fed untuk tidak mengetatkan kebijakan. Sebaliknya, malah lebih baik jika The Fed menjaga tingkat bunga rendah untuk mendorong masyarakat kembali bekerja.
Kesimpulannya, evaluasi fundamental USD minggu ini nampaknya mengindikasikan ia akan bertahan di level rendah. Selama the Fed tidak menunjukkan keinginan untuk menaikkan suku bunga, kecil kemungkinan arah pergerakan USD akan berbalik arah. Apalagi, ada banyak event besar di kalender fundamental mata uang lain, seperti keputusan suku bunga Australia, Inggris, dan Eropa. Kecuali, tentu saja, apabila ada kejutan besar minggu ini; misalnya jika Yellen kembali mencetuskan pernyataan yang mengagetkan pasar.