Berita ekonomi yang rilis di awal sesi New York hari Rabu (15/3) datang dari laporan Departemen Perdagangan Amerika Serikat yang mempublikasikan data Penjualan Ritel selama Februari. Penjualan Ritel mencatatkan kenaikan terendah dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, mengindikasikan bahwa ekonomi telah kehilangan momentum lebih lanjut di kuartal pertama 2017.
Department of Commerce AS pada hari Rabu pagi waktu setempat merilis data Retail Sales selama bulan lalu yang mencatatkan kenaikan tipis 0.1 persen, paling lemah sejak Agustus 2016 lalu. Retail Sales yang rilis malam ini juga masih berada di bawah ekspektasi ekonom melalui jajak pendapat Reuters sebelumnya yang memprediksi akan naik 0.2 persen. Sementara itu, data Retail Sales Januari direvisi naik dari 0.4 persen menjadi 0.6 persen.
Melambatnya trend Penjualan Ritel Negeri Paman Sam bulan lalu kemungkinan disebabkan oleh karena keterlambatan Pemerintah dalam melakukan “Tax Refunds” tahun ini sebagai upaya untuk memberantas penipuan. Dibandingkan periode Februari 2016 hingga bulan lalu, Retail Sales telah tumbuh 5.7 persen.
Faktor lain yang memicu lesunya Retail Sales selama Februari disebabkan oleh rumah tangga AS mulai membatasi pembelian kendaran bermotor, atau dengan kata lain bijak dalam mengeluarkan uang. Penjualan Ritel Inti yang tidak memperhitungkan sektor otomotif mencatatkan kenaikan 0.1 persen setelah tumbuh 0.8 persen pada periode Januari.
Inflasi AS Februari Naik Tipis Jelang FOMC
Selain merilis data Retail Sales, Departemen Perdagangan AS juga merilis data Inflasi konsumen atau CPI untuk bulan Februari yang mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0.1 persen. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan kenaikan 0.6 persen pada periode Januari lalu, namun lebih tinggi dibandingkan estimasi ekonom yang mengharapkan kenaikan 0.0 persen.
CPI Inti, atau pengukuran yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi, pada bulan lalu berhasil naik 0.2 persen. Sama dengan ekspektasi ekonom, tetapi masih lebih rendah dibandingkan kenaikan 0.3 persen selama Januari lalu.
Pasca rilis data ekonomi AS yang beragam tersebut, pergerakan Greenback terpantau cukup stabil versus major currency, khususnya terhadap Euro dan Sterling, mengingat pelaku pasar masih menanti hasil keputusan rapat The Fed yang akan diumumkan pada Kamis dini hari nanti.