Biro sensus pada hari Rabu (14/12) pagi waktu setempat telah merilis data penjualan ritel AS bulan November yang tumbuh dibawah estimasi sebelumnya. Dollar AS terlihat bergerak mixed disebabkan oleh karena investor tengah menunggu penyataan FOMC yang akan diumumkan pada kamis dini hari WIB nanti.
Retail AS selama November hanya tumbuh 0.1 persen, atau dengan kata lain melambat setelah tumbuh moderat 0.6 persen untuk periode Oktober lalu. Padahal berdasarkan survey analis ekonomi Bloomberg memperkirakan median pertumbuhan 0.3 persen.
Kondisi serupa juga terjadi pada penjualan ritel inti (Core Retail Sales) yang tidak memperhitungkan sektor otomotif. Core Retail Sales mengalami perlambatan dengan tumbuh 0.2 persen selama November, di bawah median survey Bloomberg untuk kenaikan 0.4 persen. Sedangkan penjualan retail inti periode Oktober tumbuh 0.6 persen.
Kenaikan retail sales bulan November sebanyak 0.1 persen tersebut didukung oleh 9 dari 12 kategori yang bertumbuh, dipimpin oleh kategori restoran dan penjualan perabotan rumah tangga, demikian menurut laporan departemen terkait. Sementara itu, penjualan otomotif anjlok 0.5 persen untuk periode November, menjadi penurunan terbesar sejak bulan maret lalu.
Meskipun data Retail Sales melambat, tetapi trend pertumbuhan belanja konsumen AS menunjukkan adanya peningkatan selama 11 tahun terakhir, terlebih menjelang puncak musim liburan Natal dan Tahun Baru yang diprediksi akan mengangkat performa trend penjualan ritel negeri Paman Sam akhir tahun 2016 ini.
Inflasi Tingkat Produsen AS Melonjak
Bersamaan dengan rilis data Retail Sales, Departeman Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan data inflasi ditingkat produsen (PPI) yang tumbuh 0.4 persen selama November, melewati median forecast Bloomberg survey yang berada pada angka 0.1 persen. Tumbuhnya inflasi produsen diyakini investor akan berpengaruh cukup signifikan terhadap inflasi konsumen/ CPI hingga dapat semakin mendekati target The Fed.
Pasca rilis data Retail Sales dan PPI, pergerakan Greenback terpantau mixed terhadap berbagai major currency. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pelaku pasar tengah menanti penyataan FOMC untuk menaikkan suku bunga acuan pertama kalinya dalam tahun 2016 ini. EUR/USD berada dilevel 1.0643 sedangkan GBP/USD masih tertahan dilevel 1.2701 atau berusaha menjauhi level terendah harian 1.2633.