EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,073.94   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

Pertumbuhan Ekonomi Global Timpang, Empat Bank Sentral Ini Dibebani Ujian Berat

Penulis

Perekonomian global sedang menunjukkan laju yang mulai lamban. Sebagian besar negara di dunia, termasuk negara-negara maju, tengah berjuang keras untuk menggapai pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Berikut ini adalah rangkuman kondisi yang sedang dialami oleh bank-bank sentral di beberapa negara mayor hingga mendekati semester pertama 2014.

Perekonomian global sedang menunjukkan laju yang mulai lamban. Sebagian besar negara di dunia, termasuk negara-negara maju, tengah berjuang keras untuk menggapai pertumbuhan ekonomi yang konsisten.

Di balik layar perekonomian negara tersebut, adalah bank-bank sentral yang terus berupaya mengatur jumlah kucuran stimulus agar sesuai, tak lebih dan tak kurang. Sayangnya, meskipun stimulus telah mengalir, masalah lapangan kerja dan upah yang stagnan masih belum bisa teratasi. Berikut ini adalah rangkuman kondisi yang sedang dialami oleh bank-bank sentral di beberapa negara mayor hingga mendekati semester pertama 2014.

central_bank


ECB Dan Jurang Deflasi

Ketimpangan pemulihan global makin menjadi-jadi terutama pada hari Kamis (15/05) kemarin. Dilaporkan dari Zona Euro bahwa pertumbuhan di tiga bulan pertama tahun 2014 kawasan tersebut, ternyata lebih lemah daripada ekspektasi. Angka yang dicapai adalah 0.2 persen, sementara ekspektasi mengharapkan pertumbuhan sebanyak 0.4 persen. Tidak meratanya pemulihan di Benua Eropa dapat dikatakan sangat mencolok. Pertumbuhan ekonomi Jerman mencapai 0.8 persen, sedangkan ekonomi Belanda justru jatuh 1.4 persen

Inflasi pun juga belum menunjukkan tanda-tanda akan meroket. Meski naik pada bulan April kemarin, inflasi Zona Euro masih saja di bawah angka 1 persen. Padahal, ECB menargetkan inflasi 2%. Hal ini semakin menekan ECB untuk segera mengambil tindakan.

Salah satu ekonom dari IHS Globa Insight di London, Howard Acher, mengekspektasikan bahwa ECB kemungkinan akan kembal memotong suku bunganya, dari 0.25% menjadi 0.15%/ Bisa juga memotong suku bunganya hingga ke tingkat yang negatif. Sementara itu, ekonom-ekonom lain memprediksikan bahwa ECB mungkin meniru langkah AS untuk membeli obligasi atau menyuntikkan stimulus.

BOJ Dan Utang Yang Membengkak

Jepang melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam kuartal yang sama, berjalan dalam laju yang tercepat dalam kurun waktu tiga tahun ini. Angka 5.9 persen berhasil dicapai dalam kuartal pertama.

Namun, masalah utama BOJ saat ini hampir sama dengan ECB, yaitu memerangi deflasi. Kemajuan yang dialami Jepang tersebut diperkirakan merupakan dampak sementara dari kenaikan pajak 8% pada awal April lalu. Kebijakan ekonomi yang dicanangkan oleh PM Shinzo Abe yang dikenal dengan akronim Abenomics, tampaknya memang berhasil mengentaskan Jepang dari deflasi yang berkepanjangan.

Namun, satu masalah Jepang yang yang belum terselesaikan adalah, utang pemerintah saat ini makin membengkak. Bahkan, dua kali lebih besar dari angka GDP-nya. Situasi seperti ini membutuhkan implementai pengetatan anggaran. Para analis memperkirakan bahwa Gubernur BOJ akan menghadapi tekanan untuk tetap menekan suku bunga di kisaran yang sangat rendah.

Bank of China Dan Gelembung Kredit Properti

Di sisi lain, Tiongkok, sedang mengalami berbagai pelemahan, di antaranya dalam sektor perdagangan dan manufaktur. Para pejabat tinggi Tiongkok meramalkan bahwa kejatuhan perekonomian masih berpotensi lebih jauh lagi. Anehnya, Presiden Xi Jin Ping tampak tak panik. Beliau tetap berupaya menjaga stabilitas ekonomi, salah satunya dengan investasi properti. Padahal, para ekonom memprediksi bahwa Tiongkok akan mengalami gelembung kredit akibat investasi bank-bank Tiongkok yang terlalu berlebihan di bidang real estate.

The Fed Dan Tapering

Amerika Serikat melaporkan data ekonomi yang beragam pasca serangan cuaca dingin ekstrim di akhir tahun 2013 lalu yang sempat melumpuhkan perekonomian Paman sam. Hasil pabrikan memang mengalami kemerosotan, namun sektor tenaga kerja tampaknya mulai pulih. Dengan perekonomian yang mulai membaik tersebut, Ketua The Fed Janet Yellen terus mengurangi kucuran stimulus, dalam wujud tapering.

Dan untuk suku bunga, beberapa pidato Yellen menyebutkan bahwa The Fed akan terus berupaya menjaga suku bunga tetap rendah atas dasar ingin terlebih dahulu membenahi sektor lapangan kerja. Namun spekulasi pasar memiliki anggapan bahwa ada kemungkinan untuk The Fed menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun 2015 mendatang.

177723
Penulis

SFN merupakan hasil kerjasama beberapa personel tim Seputarforex untuk mengulas berita-berita terkini di bidang forex maupun saham.