Seputarforex - Euro berhasil melampaui segala rintangan dan menembus ambang 1.2 versus dolar AS pada awal bulan Desember ini. Kemampuan euro untuk reli meyakinkan selama tiga hari beruntun setelah penembusan ambang penting tersebut mendorong sebagian analis makin optimis terhadap prospek bullish-nya. Namun, tak semua pakar dari lembaga keuangan terkemuka dunia berpendapat demikian.
"Reflasi adalah tema dominan di pasar keuangan dunia, dan ini adalah kekuatan yang sulit untuk diandalkan investor (atau bank sentral)," kata Stephen Gallo, Kepala Strategi FX Eropa di BMO Capital Markets, "Kami meyakini bahwa cara terbaik untuk memperdagangkan dinamika ini melalui FX dan kelas aset lain adalah dengan menjadi buyer EURUSD seiring membaiknya sentimen pasar keuangan global, sembari melakukan hedging atas sebagian risiko tersebut menggunakan variabel-variabel yang akan merefleksikan kemunculan kembali risiko deflasi di masa depan."
Reflasi adalah peluncuran stimulus moneter maupun fiskal seusai kejatuhan dalam siklus bisnis, sebagai upaya untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi ke tren jangka panjangnya. Perbaikan skor PMI Eropa dan China dalam beberapa hari terakhir telah mendemonstrasikan bagaimana reflasi sedang berlangsung di berbagai belahan dunia.
Sehubungan dengan reflasi, BMO menilai langkah membeli atau hold EUR/USD sebagai cara terbaik untuk mendapatkan cuan dari perbaikan outlook global. Mereka memperkirakan Single Currency akan diperdagangkan antara 1.20 dan 1.22 selama enam bulan ke depan. Stephen Gallo juga menyangsikan kesungguhan ECB untuk melaksanakan ancaman intervensi guna mencegah apresiasi euro.
"Kemungkinan tidak banyak yang bersedia dilakukan ECB untuk mencegah apresiasi EUR secara keseluruhan, walaupun itu tidak mengubah fakta bahwa tendensi EUR untuk terapresiasi itu merupakan sebuah dilema yang berkembang secara perlahan," lanjut Gallo.
Tapi tak semua analis bersikap seantusias Gallo dalam menghadapi euro. Ada pula yang berpendapat bahwa penguatan euro kali ini lebih disebabkan oleh depresiasi USD ketimbang ketangguhan ekonomi Zona Euro itu sendiri.
"Lebih baik mengatakan bahwa dolar AS melemah," kata Jeroen Blokland, seorang manajer portofolio multiaset di Robecco, "Di atas 1.20, sebagian besar premi risiko pada nilai tukar EUR/USD sudah menghilang. Euro bisa naik sedikit lebih tinggi, tetapi lagi-lagi hal ini karena kelemahan dolar. Kita juga harus memperhitungkan bahwa dalam upaya terus-menerus untuk mencari yield (yang lebih tinggi), AS telah menjadi semakin atraktif dalam beberapa bulan terakhir dan selisih yield obligasi dengan Zona Euro telah meningkat. Karenanya, saya tidak memiliki banyak keyakinan pada perdagangan long EUR/USD."