Dolar Selandia Baru (NZD) bergerak menguat terhadap Dolar AS pada sesi Asia hari Selasa (28/8), didukung oleh kabar AS-Meksiko yang telah mencapai kesepakatan perdagangan dalam perjanjian NAFTA. Optimisme akan tercapainya kesepakatan yang sama kini tengah meliputi antisipasi untuk pembicaraan perdagangan dengan Kanada, yang kemungkinan besar akan dilakukan dalam minggu ini.
Pada saat berita ini ditulis, Dolar NZ sudah sedikit terkoreksi dan berada di kisaran 0.6688 terhadap Dolar AS. Padahal sebelumnya, NZD/USD sempat menyentuh level High sesi Asia di area 0.6712. Meski terpantau sedikit menurun, sejatinya NZD masih berada di atas harga Open harian 0.6687.
Detail Kesepakatan AS-Meksiko Belum Jelas, Dolar Komoditas Lebih Perhatikan China
Tercapainya kesepakatan perdagangan baru antara AS dan Meksiko telah meningkatkan minat risiko global. Akibatnya, mata uang komoditas seperti Dolar Selandia Baru, Dolar Australia, dan Dolar Kanada mendapat dorongan cukup besar sejak sesi Amerika pada hari Senin kemarin.
Pada tahap ini, detail Kesepakatan AS-Meksiko masih belum banyak dipublikasikan dan Kanada belum diikutsertakan. Pembicaraan antara AS dan Kanada diperkirakan akan dijadwalkan pada hari Selasa (waktu AS), saat Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland, akan berkunjung ke Washington.
Meski berhasil memperkuat Dolar Komoditas, kesepakatan NAFTA dinilai tak banyak berpengaruh dalam jangka panjang, karena masih ada risiko kebijakan dari China.
"AUD dan NZD agak enggan berpartisipasi dalam reli ini, kemungkinan karena satu alasan yaitu China. Baik Australia maupun Selandia Baru jauh lebih dipengaruhi oleh langkah PBoC yang mengambil sikap lebih lunak. Lagipula, kemajuan kesepakatan antara AS dan China belum terlihat," kata Philip Borkin, ahli strategi makro senior untuk ANZ Bank.
Karena tidak ada rilis data penting di sesi Asia hari ini, fokus pasar masih tertuju pada China. Selain itu, investor pada minggu ini juga menanti rilis hasil survei kepercayaan bisnis Selandia Baru, di tengah kekhawatiran terhadap potensi memudarnya tingkat kepercayaan bisnis di Negeri Kiwi tersebut.
